Estetika resepsi meneliti teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. Segers (1978: 35) meenjelaskan estetika resepsi secara ringkas bahwa estetika resepsi (esthetics of reception) dapat disebut sebagai ajaran yang menyelidiki teks sastra berdasarkan reaksi pembaca yang riil dan mungkin terhadap suatu teks sastra.
Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana ”pembaca” memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu, atau dapat melihat hakikat estetika yang ada di dalamnya. Atau mungkin juga bersifat aktif, yaitu bagaimana ia ”merealisasikan”-nya. Karena itu resepsi sastra mempunyai lapangan yang luas, dengan berbagai kemungkinan penggunaan (Junus, 1985:1).
Dalam resepsi sastra ada anggapan bahwa ada suatu arti/makna tertentu dalam karya sastra yang muncul pada suatu masa dan lokasi tertentu. Ini disebabkan oleh adanya suatu latar belakang pemikiran tertentu pada masa itu yang menjadi pedoman bagi orang yang memahaminya. Dengan begitu, suatu karya akan punya nilai lampau dan makna kini (past significance dan present meaning). Adanya fenomena ini memungkinkan kita untuk menciptakan suatu suasana penerimaan tertentu berdasarkan ideoogi tertentu, suatu penerimaan model (Junus , 1985: 122-123).
Luxemburg (1982 : 80) mengatakan bahwa penelitian mengenai resepsi sastra terbagi dua, yakni sejarah resepsi dan penelitian terhadap orang-orang sezaman. Sejarah resepsi meneliti bagaimana sebuah teks atau sekelompok teks sejak diterbitkannya, diterima, dan bagaimana reaksi para pembaca atau sekelompok pembaca.
Pradopo (2003: 206) menyatakan bahwa yang dimaksud estetika resepsi atau esteika tanggapan adalah estetika (ilmu keindahan) yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan atau resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra.
Dengan demikian, resepsi sastra merupakan proses pemaknaan karya sastra oleh pembaca sehingga dapat mereaksi atau menanggapi karya sastra itu. Dengan perkataan lain, pengertian resepsi ialah reaksi pembaca terhadap sebuah teks. Dalam hal ini peranan pembaca menjadi penting karena orientasi terhadap teks dan pembaca menjadi landasan utamanya.
Kajian resepsi sastra yang dilakukan dalam mengkaji prosa fiksi di sini adalah bagaimana suatu teks direspons/diresepsi oleh seorang pengarang pada teks lainnya. Ini dikenal dengan intertekstual.
Intertekstual memandang bahwa sebuah teks yang ditulis lebih kemudian mendasarkan diri pada teks-teks lain yang telah ditulis orang sebelumnya. Tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri, dalam arti penciptaannya dengan konsekuensi pembacanya juga, dilakukan tanpa sama sekali berhubungan teks lain yang dijadikan semacam contoh, teladan, kerangka, atau acuan (Teeuw, 2003: 145).
Tujuan kajian intertekstual itu sendiri adalah untuk memberikan makna secara lebih penuh terhadap karya tersebut. penulisan sebuah karya sering ada kaitannya dengan unsur kesejarahannya sehingga pemberian makna akan lebih lengkap jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan tersebut (Nurgiyantoro, 1998: 15).
Langkah pertama dalam analisis resepsi sastra adalah melakukan analisis struktur kedua (atau beberapa) teks. Pertama struktur teks hipogram. Kedua, struktur teks transformasi.
Langkah berikutnya adalah melakukan perbandingan apa perbedaan dan persamaan teks hipogram dengan teks transformasi. Yang dilakukan adalah bukan hanya menghitung-hitung seberapa banyak perbedaan/persamaan tersebut tetapi menjelaskan mengapa terjadi perbedaan/persamaan.
Langkah terakhir adalah menafsirkan makna persamaan/perbedaan kedua teks tersebut. Dasar untuk melakukan hal ini adalah konteks teks yang bersangkutan. Dengan cara itu kita akan melihat perbedaan/persamaan itu sebagai sesuatu yang fungsional.
No comments:
Post a Comment