Pages - Menu

Tuesday, 22 February 2011

Penggolongan Kata Oleh M. Ramlan

A. Dasar Pemikiran Ramlan dalam Menggolongkan Kata Bahasa Indonesia

      Dalam menggolongkan kata, Ramlan menggolongkannya secara formal. Kata formal merupakan bentuk kata sifat dari kata form yang berarti bentuk atau ujud. Jadi penggolongan secera formal maksudnya penggolongan jenis kata yang dilakukan Ramlan ini berdasarkan struktur fonologik den gramatik. Hal ini berbeda dengan pendekatan yang dipergunakan oleh pakar bahasa tradisional yang memandang kata dari segi arti.
     Bentuk manakah yang dipergunakar Ramlan? Tentu saja bentuk yang berupa struktur gramatik, sebab struktur fonologik bahasa Indonesia yang berupa unsur nonsegental (suprasegrnental) tidak ada yang berfungsi mengubah atau membedakan golongan kata. Pendekatan berdasarkan unsur gramatik pun tidak meliputi semua unsur, melainkan hanya struktur sintaktik, struktur morfologik diabaikan struktur sintaktik ini meliputi frase klausa, dan kalimat, Itulah yang dijadikan dasar pemikiran Ramlan dalam meggolongkan kata bahasa Indonesia.

B. Penggolongan Kata oleh Ramlan
      Ramlan (1985:48-77) menyatakan bahwa penggolongan kata yang dibuatnya didasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1982 sampai dengan tahun 1983. Berdasarkan struktur sintaktik, kata bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua belas yaitu: (1) kata verbal; (2) kata nominal; (3) kata keterangan; (4) kata tamha; (5) kata bilangan; (6) kata penyukat; (7) kata sandang; (8) kata tanya; (9) kata suruh; (10) kata penghubung; (11) kata depan; dan (12) kata seruan.
1) Kata Verbal
    Yang dimaksud dengan kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P (predikat) dan pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak. Contoh kata berdiri pada tataran klausa Ahmad berdiri (Ahmad sebagai S dan berdiri sebagai P), pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak pada tidak berdiri.
     Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat ….yang berfungsi sebagai keterangan cara kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: (1) kata kerja, dan (2) kata sifat. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat diikuti grase dengan sangat ... sebagai keterangan cara. Contohya kata menoleh dapat diperluas menjadi menolen dengan sangat hati-hati, membaca menjadi membaca dengan sangat tenang. Sedangkan kata sifat ialah kata yang tidak dapat diikuti oleh frase dengan sangat …sebagai keterangan cara. Misalnya gugup, berhati-hati tidak bisa menjadi gugup dengan sangat tiba-tiba atau berhati-hati dengan sungguh-sungguh.
    Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O (obyek), kata kerja dapat dibedakan menhadi dua yaitu: (1) kata kerja transitif ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat dipasifkan, (2) kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah barang tentu kata kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.
2) Kata Nominal
   Kata-kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam tataran frase tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat diikuti oleh kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisinya.
  Yang termasuk golongan kata nominal ialah kata benda dan kata ganti ialah kata nominal yang tidak menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata nominal yang menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan lagi berdasarkan kata yang digantikannya yaitu kata ganti: (1) diri ialah kata ganti yang menggantikan nama, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, yang dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri: (a) pertama, misalnya: aku, saya, kami; (b) kedua, misalnya: engkau, kamu, kamu sekalian, anda; dan (c) ketiga, misalnya: ia, dia, beliau, mereka; (2) penunjuk ialah kata ganti yang dapat menggantikan nama, keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan yaitu ini dan itu; tempat yaitu kata ganti yang menggantikan nama tempat, yaitu kata: sana, situ, dan sini.
3) Kata Keterangan
   Kata keterangan iaiah kata yang dalam suatu klausa cenderung menduduki fungsi keterangan (KET) dan umumnya mempunyai tempat yang bebas, mungkin terletak di depan sekali, mungkin antara S dan P dan mungkin terletak di belakang S dan P.
   Kata keterangan dapat dibedakan lagi menjadi keterangan yang: (1) menyatakan waktu, misalnya: kemarin, tadi, nanti, kelak (2) menyatakan ragam yaitu sikap pembicara terhadap suatu tindakan atau suatu peristiwa, misalnya: rupanya, kiranya, seharusnya, seyogyanya dan (3) menyatakan kuantitas, misalnya: secepat-cepatnya, sejauh-jauhnya.
4) Kata Tambah
   Kata tambah yaitu kata yang cenderung menduduki fungsi atribut dalam frase tipe endosentris yang atributif yang unsur pusatnya berupa kata verbal. Kata tambah ini ada yang menyatakan: (1) ragam, misalnys: tentu, pasti (2) negatif, misalnys: tidak, bukan, belum (3) aspek, misalnya: akan, mau, sedang, baru, masih (4) keseringan, misalnya: pernah, kerap, kerap sekali (5) keinginan, misalnya: ingin, hendak (6) keharusan misalnya: harus. wajib (7) kesanggupan, misalnya: dapat, mampu, sanggup (8) keizinan, misalnya: boleh; dan (9) tingkat, misalnys: kurang, amat, terlalu, paling.
5) Kata Bilangan
  Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti kata-kata orang, ekor, buah, helai, kodi, meter dan sebagainya. Kata bilangan ini ada yang menyatakan: (1) jumlah, misalnya: satu, dua, tiga puluh, beberapa; dan (2) urutan, misalnya: kedua, ketiga belas.
6) Kata Penyukat
   Kata penyukat ialah kata yang terletak di belakang kata bilangan dan bersama kata itu membentuk satu frase yang disebut frase bilangan, yang mungkin terletak di muka kata nominal, misalnya: orang, ekor, buah pada frase-frase: dua orang petani, tiga ekor kelinci, dua buah rumah.

7) Kate Sandang
     Kata sandang ialah kata yang selalu terletak di muka golongan kata nominal sebagai atributnya. Contoh kata yang termasuk jenis kata ini antara lain: si, suatu, semua, segala, segenap, seluruh, dan mungkin masih ada beberape lagi.
8) Kata Tanya
    Kata tanya ialah ksta yang berfungsi membentuk kalimet tanya. Yang termasuk kata tanya ialah mengapa, kenapa, bagaimana, apa, siapa, mana, bilamana, kapan, bila, dan bukan. Masing-masing kata tanya tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Berikut ini penjelasannya
a. Mengapa dipakai untuk menanyakan perbuatan, misalna: Anak-anak itu sedang mengapa?
b. Mengapa dan kenapa digunakan untuk menanyakan sebab, misalnya: Mengapa kepala kantor itu marah? dan kenapa kepal kantor itu marah?
c. Bagairana digunakan untuk menanyakari cara ialah suatu tindakan dilakukan atau cara suatu peristiwa terjadi, misalnya: Bagaimana orang itu dapat menjadi kaya?
d. Bagaimana dipergunakan untuk menanyakan keadaan, misalnya: Bagaimana nasib anak itu?
e. Berapa dipergunakan untuk menanyakan jumlah, misalnya Berapa harga buku itu?
f. Berapa dipergunakan juga untuk menanyakan bilanan, misalnya : Nomor berapa teleponmu?
g. Apa dipergunakan untuk. membentuk kalimat tanya yang: (1) memerlukan jawaban ya atau tidak, (2) digunakan untuk membentuk Tanya yang memerlukan jawaban yang menjelaskan, misalnya: Petani itu membawa apa?; (3) menanyakan identitas, dan (4) menanyakan perbuatan.
h. Siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, malaikat, dan manusia, missal: Siapa yang mencabut nyawa manusia?
i. Mana sering didahului kata yang sering dipergunakan untuk menanyakan sesuatu atau seseorang.
j. Mada yang didahului kaya yang sering dipergunakan untuk menanyakan sesuatu atau seseorang.
k. Mana juga digunakan untuk menanyakan sesuatu atau seseorang yang pernah dibicarakan sebelumnya.
l. Bilamana, bila, dan kapan dipakai untuk menanyakan waktu.
m. Bukan dan bukanlah digunakan untuk membentuk kalimat Tanya yang memerlukan jawaban yang mengiyakan.
9) Kata Suruh
    Kata suruh ialah kata yang berfungsi membentuk kalimat suruh. Yang termasuk kata-kata suruh: tolong, silakan, dipersilakan, mari ayo.
10) Kata Penghubung
     Kata penghubung ialah kata atau kata-kata yang berfungi menghubungkan satuan gramatik yang satu dengan yang. lain untuk membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Satuan yang dihubungkan itu mungkin kalimat, klausa, frase, atau kata. Ditinjau dan pertaliannya, kata penghubung dapat dibedakan menjadi tujuh belas pertalian, yaitu: (1) pertalian penjumlahan, (2) pertalian perturutan, (3) pertalian pemilihan, (4) pertalian perlawanan, (5) pertalian lebih, (6) pertalian waktu, (7) pertalian perbandingan, (8) pertalian sebab, (9) pertalian akibat, (10) pertalian syarat, (11) pertalian pengandaian, (12) pertalian harapan, (13) pertalian penerang, (14) pertalian isi, (15) pertalian cara, (16) pertalian pengecualian, dan (17) pertalian kegunaan.
11) Kata Depans
     Kata depan ialah kata-kata yang pada frase eksosentris berfungsi sebagai penanda, misalnya kata-kata: di, pada, ke, kepada, dari, daripada, terhadap, bagi, dalam, akan, akibat, antar, antara, atas, dan sebagainya.
12) Kata Seruan
    Kata seru ialah kata-kata yang dalam suatu kalimat berdiri sendiri, terpisah dan unsur lainny, misalnya: wah, ai, aduh, dik, bi, dan sebagainya.
Tata bahasa ini berusaha untuk memahami bahasa dengan memanfaatkan teori dan metode linguistik. Linguis sudah mulai menggunakan kriteria yang jelas dalam penelaahan bahasa. Linguis yang digolongkan ke dalam kategori ini adalah Slametmuljana (1957), Anton M. Moeliono (1967), S. Wojowasito (1978). M. Ramlan (1985), dan Samsuri (1985).

No comments:

Post a Comment