Drama,
Teori, dan Praktik Pementasan
Judul buku : Drama, Teori dan Praktik Pementasan
Nama Penulis :
Drs. Suroso, M. Pd.
Penerbit : Elmatera Publisher, Yogyakarta
Tahun terbit : 2015
Jumlah halaman:
256 halaman
Drama
sebagai salah satu genre sastra, memiliki kekhasan dibandingkan dengan genre
lain yaitu puisi dan fiksi. Kekhasan tersebut meliputi sudut pemakaian bahasa
dan penyampaian amanatnya. Drama sebagai karya sastra secara struktural
memiliki elemen tokoh, jalan cerita, latar, tema, dan amanat. Persoalan yang
muncul dalam teks sastra drama berupa kejadian sehari-hari, atau reproduksi
dari kisah-kisah yang sudah ada seperti mite, legenda, sage, untuk digali
persoalannya dalam konflik antar tokoh dalam naskah. Struktur drama terdiri
dari penokohan dan perwatakan, plot atau kerangka cerita, setting atau latar
cerita, dialog, dan petunjuk lakuan/petunjuk teknis.
Drama
sebagai teater adalah pengolahan naskah drama oleh sutradara untuk dipentaskan.
Ketika sebuah naskah dipentaskan ke sejumlah penonton dengan tafsit sutradara,
aktor, dan tim artistik, naskah tersebut sudah menjelma sebagai karya teater.
Struktur organisasi teater terdiri dari produser yang membawahi sekretaris,
keuangan, pembantu umum, humas, publikasi, dokumentasi, dan usher, sedangkan
sutradara membawahi aktor tim lighting, tim musik/sound, tim rias dan busana,
dan tim panggung. Persyaratan pekerja teater dapat dilihat secara kultural,
secara artistik, secara literer, dan secara teatral.
Tokoh
merupakan unsur utama dalam sebuah naskah drama. Mengenal karakter tokoh dalam
naskah akan memudahkan aktor untuk melakukan pemeranan berdasarkan karakter
yang ada dalam naskah. Dalam naskah drama tokoh dapat dibedakan dalam beberapa
hal. Dari segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam naskah terdapat tokoh
sentral, tokoh utama, dan tokoh tambahan. Dari peran tokoh dalam pengembangan
jalan cerita ada peran protagonis, antagonis, dan tritagonis.
Bermain
teater adalah mengimplementasikan naskah drama dalam pertunjukan teater pada
sejumlah penonton. Teater dibedakan dalam teater tradisional dan teater modern.
Pementrasan drama harus memiliki premise, yaitu rumus intisari cerita sebagai
landasan ideal dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Terdapat tiga unsur dalam
drama: (1) unsur kesatuan, memerhatikan kesatuan kejadian, tempat, dan waktu;
(2) unsur penghematan, dalam durasi waktu tertentu dapat menyampaikan
masalah-masalah yang pokok dalam naskah; (3) unsur keharusan psikis,
menyesuaikan pemeran dengan peran yang akan dimainkan.
Teknik
dan prosedur pementasan teater dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama,
menyusun director copy, semacam catatan sutradara, sebagai pedoman
penyutradaraan. Tahap kedua, melaksanakan latihan, dan timeline pementasan.
Pergelaran
teater berhubungan dengan proses produksi pementasan. Partisipasi dalam
produksi melibatkan semua keahlian dalam berbagai bidang di panggung untuk
memunculkan aspek estetik dalam pementasan. Ada beberapa aspek dalam pentas
teater yaitu naskah, sutradara, tim produksi, aktor, dan tim artistic
Beberapa
unsur dalam teater yaitu pemeranan, penyutradaraan, dan artisitik. Untuk dapat
memerankan tokoh terdapat tahapan-tahapan yaitu pendidikan tubuh, ingatan
emosi, laku dramatis, pembangunan watak, observasi atau pengamatan, irama,
latihan tubuh, latihan vokal, latihan memproduksi monolog dan dialog, latihan
pemeranan. Menghadirkan teater ke atas panggung pertunjukan merupakan sebuah
kerja sistemik dan melewati proses yang panjang. Kerja tersebut akan lebih terarah
dengan adanya peran dari sutradara. Dalam penyutradaraan, sutradara harus
memahami gaya naskah pertunjukan yang akan dibawa, menentukan gaya pertunjukan,
dan selanjutnya dapat merealisasikan konsep. Artistik berkaitan dengan
keindahan aspek visual dalam sebuah pertunjukan. Tim artistik adalah
orang-orang yang membantu sutradara dalam mengurus (1) panggung atau pentas
(stage), (2) setting atau dekorasi, (3) tata lampu/sinar lighting, (4) tata
suara/sound effect, (5) kostum (kostum), dan tata rias wajah (make up).
Ada
berbagai cara untuk mengkritisi sebuah pementasan yaitu berupa apresiasi drama.
Pada strategi strata terdapat 3 tahapan yang harus dilalui setiap apresiator
yaitu tahap penjelajahan, tahap interpretasi, dan tahap rekreasi. Penonton
teater dibedakan menjadi penonton umum atau penonton awam dan penonton kritis.
Penonton awam menikmati pementasan drama semata hanya untuk mencari hiburan,
sedangkan penonton kritis menonton drama untuk keperluan kritik dan apresiasi.
Semua orang yang terlibat dalam pertunjukan teater khususnya aktor dan awak
produksi memliliki pengalaman dalam kegiatan berteater, misalnya tumbuhnya
kesadaran akan disiplin menepati waktu, membangun kesadaran bahwa teater adalah
kerja kolektif, membangun keterampilan teater, melalui pembelajaran teater
mahasiswa belajar tentang kerjasama, tanggung jawab, inovasi, kreativitas, dan
pengorbanan dalam sebuah pementasan teater.
No comments:
Post a Comment