Pages - Menu

Thursday, 7 April 2011

Metode Belajar bahasa Indonesia


1.      Metode Tatabahasa/Terjemahan
1.      Penghafalan kaidah dan fakta tata bahasa
2.      Penekanan pada membaca, mengarang, terjemahan (Berbicara dan menyimak diabaikan)
3.      Seleksi kosa kata berdasarkan teks bacaan yang dipakai
4.      Unit yang mendasar adalah kalimat, tatabahasa diajarkan secra deduktif
5.      Bahasa daerah digunakan sebagai pengantar terjemahan, keterangan, perbandingan, dan penghafalan kaidah bahasa.
2.      Metode membaca
1.      Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar (dengan definsi dan contoh ke dalam kalimat)
2.      Penyajian bacaan di kelas (dibaca diam 10-15 menit atau untuk mempercepat diberikan sehari sebelumnya)
3.      Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
4.      Tatabahasa dibicarakan singkat, jika dipandang perlu pembicaraan kosa kata yang relevan
5.      Pemberian tugas seperti mengarang Irelevan dengan isi bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dsb.
3.      Metode Audiolingual
1.      Penyajian dialog/teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang,
2.      Siswa menyimak tanpa melihat teks yang diucapkan.
3.      Peniruan dan pelafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa melafalkannya.
4.      Siswa menyimak tanpa melihat teks yang diucapkan.
5.      Penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan.
6.      Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas.
7.      Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.
4.      Metode Reseptif dan Produktif
Metode Reseptif dalam membaca dan menyimak:
1.      Mengarah ke proses penerimaan isi bacaan yang tersurat, tersirat, atau tersorot
2.      Cocok diterapkan pada siswa yang telah banyak menguasai kosakata, frase, dan kalimat
3.      Sangat dipentingkan bagaimana isi bacaan dapat diserap dengan bagus.
4.      Pembaca dilarang bersuara, berkomat-kamit, dan bergerak-gerak
5.      Membutuhkan konsentrasi tinggi dalam menerima makna bacaan dan ujaran
Metode Produktif diarahkan pada berbicara dan menulis.
Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya.
5.      Metode Langsung (Alamiah/Lisan)
1.      Pembelajaran dimulai dengan dialog atau humor yang pendek dalam bahasa Indonesia dengan gaya bahasa santai dan nonformal.
2.      Materi mulai-mula disajikan secara lisan dengan gerakan atau isyarat tertentu, dramatisasi, dan gambar-gambar.
3.      Tanya jawab berdasarkan bahasa yang dipelajari dengan memberikan contoh yang merangsang siswa.
4.      Tata bahasa diajarkan secara induktif.
5.      Kata-kata digunakan dalam percakapan-percakapan.
6.      Siswa yang sudah maju diberi bacaan sastra untuk pemahaman dan kenikmatan, tetapi bahasa dalam bacaan tidak dianalisis secara struktural/sistematis.
7.      Budaya yang relevan diajarkan secara induktif.

6.      Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan kongkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk (mis. surat, laporan, peta) dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistik.
Sebagai contoh, pembelajaran yang bertujuan menyampaikan pesan kepada orang lain. Tujuan itu dipecah menjadi a) memahami pesan, b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh labih banyak informasi, d) membuat catatan, e) menyusun catatan secara logis, dan f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, pada materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif. yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

7.      Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi. Misalnya menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan antarbidang studi artinya merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi, misalnya antara bahasa Indonesia dengan Matematika atau bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, intergratif interbidang studi lebih banyak digunakan. saat pembelajaran kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan kepada siswa tetapi diawali dengan membaca atau kegiatan lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengitegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Integratif sangat diharapkan oleh Kurikulum Bahasa Indonesia. Pengintegrasiaannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.
8.      Metode Tematik
Dalam metode tematik semua komponen materi pembelajaran dintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstuaal, kontemporer, konkret, dan konseptual.
Peran guru amat menentukan dalam mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. Oleh karena itu, guru Bahasa Indonesia diharapkan:
1.      guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Keterampilan berbahasa siswa menjadi tolak ukur kemampuan berpikir mereka.
2.      kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas berbahasa sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
3.      Pembelajaran Bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu, minat, keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
4.      Ada banyak metode dalam teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru jangan sampai monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran.
9.      Metode Kuantum
Quantum Learing (QL) yang bertumpu pada metode dari Freire dan Lozanov ini mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dala melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL, proses belajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti (kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi) dan sampai sejauhmana guru mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.
10.  Metode Konstruktivistik
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah bahwa belajar itu menemukan. Meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar masuk kedalam pemahaman mereka. Konstruktivistik dimulai dari masalah yang sering muncul dari sendiri dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya.
11.  Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpatisipasi aktif, siswa dapat menukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Asumsi metode ini adalah:
1.      Setiap siswa adalah unik dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. keunikan harus diberi tempat agar berkembang.
2.      Anak bukan miniatur orang dewasa. Jalan pikir anak tidak sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan cara berpikir anak-anak.
3.      Dunia anak adalah dunia bermain.
4.      Usia anak adalah usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode ini siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Metode ini memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
1.      belajar dari realitas atau pengalaman;
2.      tidak menggurui, dan
3.      dialogis.



12.  Metode Konstetkstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Metode ini muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun.
Metode ini mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill oriented dan metode Stimulus-Response.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu:
1.      Inkuiri
2.      Pertanyaan
3.      Konstruktivistik
4.      Pemodelan
5.      Masyarakat belajar,
6.      Penilaiaan autentik, dan
7.      Refleksi.
6.      Proses dan Hasil Belajar
Proses dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia mencerminkan 3 ranah, yaitu:
1.      Ranah Kognitif
2.      Ranah Afektif
3.      Ranah Psikomotor
7.      Beberapa Isi penting dalam Pembelajaran Bahasa
1.      Kompetensi dan Performansi
2.      Komprehensi dan Produksi
3.      Dasar versus Ajar (Nature versus Nurture)
4.      Kesemestaan
5.      Sistemasitas dan Variabilitas
6.      Bahasa dan Pikiran
7.      Imitasi (Peniruan)
8.      Wacana
8.      Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut KBK/KTSP
1.      Siswa lebih banyak berlatih berbahasa nyata (meaning focus)
2.      Tata bahasa hanya untuk membetulkan kesalahan ujaran siswa
3.      Keterampilan berbahasa nyata menjadi tujuan utama
4.      Membaca sebagai alat untuk belajar (Reading for Learning), bukan sekedar Learning to Read
5.      Menulis sebagai alat berekspresi dan menyampaikan gagasan
6.      Kelas menjadi tempat berlatih menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indonesia.
7.      Penekanan pembelajaran sastra pada membaca karya sastra sebanyak-banyaknya (puisi/cerpen yang bisa diperoleh siswa dengan mudah: di majalah, karangan siswa sendiri, dsb).
8.      Pembelajaran kosa kata untuk menambah kosa kata anak.

No comments:

Post a Comment