Pages - Menu

Tuesday, 26 April 2011

PERBEDAAN RAGAM BAHASA LISAN DAN RAGAM BAHASA TULIS


Ragam Bahasa Lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.  Ciri-ciri ragam bahasa lisan diantaranya  Memerlukan kehadiran orang lain, Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap, Terikat ruang dan waktu dan Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara. Ragam bahasa lisan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan ragam bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
  1. Dapat disesuaikan dengan situasi.
  2. Faktor  efisiensi.
  3. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
  4. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
  5. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
  6. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.
Sedangkan kelemahan ragam bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
  1. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
  2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
  3. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan secara baik.
  4. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan ragam tidak formal.

Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Cirri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut:
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Sama halnya dengan ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis juga memiliki kelemmahan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari ragam bahasa tulis diantaranya:
  Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
  Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
  Sebagai sarana memperkaya kosakata.
  Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Sedangkan kelemahan dari ragam bahasa tulis siantaranya sebagai berikut:
  Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
  Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
  Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Berdasarkan beberapa cirri serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh ragam bahasa lisan maupun tulis, berikut ini dapat kita tarik beberapa perbedaan diantara kedua ragam bahasa tersebut.
         Bahasa lisan didukung isyarat paralinguistik.
         Bahasa tulis dapat menyimpan informasi tanpa bergantung pada ruang dan waktu.
         Bahasa tulis dapat memindahkan bahasa dari bentuk oral ke bentuk visual, memungkinkan kata-kata lepas dari konteks aslinya.
         Sintaksis bahasa lisan kurang terstruktur dibandingkan dengan sintaksis bahasa tulis.
         Bahasa tulis banyak mengandung penanda metalingual yang menghubungkan antara frasa-klausa.
         Struktur bahasa tulis umumnya subjek-predikat, bahasa lisan memiliki struktur ‘topik-sebutan’ (topic-comment)(Givon).
         Bahasa lisan jarang menggunakan konstruksi pasif.
         Bahasa lisan sering mengulangi bentuk sintaksis.
         Bahasa lisan dapat diperhalus sambil terus berbicara.
PUSTAKA ACUAN
Syamsuddin AR. 1992. Studi Wacana. 1992. Bandung: Mimbar Bahasa dan           Seni.

7 comments: