1) Permintaan akan survival Indonesian
Kebutuhan Bahasa Indonesia (BI) di sini terbatas pada taraf pemahaman (mungkin kurang tepat kalau disebut penguasaan) BI yang pokok-pokok untuk kepentingan perhubungan atau pun kepentingan aktivitas sehari-hari yang sangat praktis dan terbatas. Biasanya si pembelajar sudah cukup puas dan merasa memadai kalau hanya paham kosa kata dan ungkapan-ungkapan praktis yang sangat diperlukan dalam aktivitas sehari-hari. Kebutuhan aspek fungsional terbatas lebih utama dibanding kebutuhan aspek formal BI.
Bilamana permintaan para pembelajar asing hanya sebatas memperkenalkan mereka dengan survival Indonesian, tentunya pendekatan fungsional praktis perlu lebih dikedepankan daripada pendekatan formal. Dengan kata lain, pembelajar cukup diperkenalkan kepada BI yang praktis-praktis yang akan mereka temukan di seputar kegiatan utama selama mereka melaksanakan aktivitasnya di Indonesia. Mengingat keterbatasan waktu yang ada bisa disiapkan semacam ”Buku Pintar BI sehari-hari”. Sebagai contoh di U.K. Petra misalnya setiap tahun diselenggarakan kegiatan KKN yang dikenal dengan nama ”COP” (Community Outreach Program) yang diikuti oleh para mahasiswa beberapa PTLN dari Korea, Jepang, Hongkong, Singapore, Belanda, dsb. yang berbaur dengan para peserta dari U.K. Petra sendiri dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat di desa binaan. Rentang waktu kegiatan COP tersebut adalah antara 6 – 8 minggu. Sudah barang tentu yang diperlukan oleh para mahasiswa asing tersebut adalah pengenalan budaya masyarakat Indonesia, khususnya di daerah pedesaan tempat lokasi COP mereka dan pengetahuan BI praktis seperlunya (survival Indonesian).
2) Permintaan pengenalan BI taraf dasar
Dibanding butir 1) di atas, kebutuhan BIPA dalam golongan ini bisa disebut berupa kebutuhan akan penguasaan BI pada taraf dasar. Kebutuhan penguasaan aspek formal cukup kentara karena kebutuhan penguasaan sistem BI taraf dasar dirasakan. Aspek fungsionalnya membantu pembelajar memahami terapannya dalam realita situasi pemakaian bahasa.
Mahasiswa program pertukaran umumnya datang untuk jangka waktu yang berbeda-beda-beda. Kalau mereka datang untuk pengumpulan kredit (credit earning) dalam jangka waktu yang memadai, umumnya tidaklah menyulitkan bagi perancangan dan penyelenggaraan kegiatan pengajaran dan pembelajaran BIPA. Bila mereka datang untuk jangka waktu yang singkat, misalnya 1 semester atau bahkan lebih singkat dari itu, tentu BIPA yang mereka dapat ikuti akan sangat terbatas karena kendala keterbatasan waktu untuk mengikuti BIPA tersebut terkait adanya kewajiban pengumpulan kredit untuk beberapa mata kuliah lainnya. BIPA yang dapat dipelajari paling-paling hanya pada tingat pemula saja. Sekadar gambaran berikut adalah susunan mata ajar tingkat pemula khusus ini :
BIPA 1 (TINGKAT PEMULA KHUSUS) Lama Belajar 10 minggu Jam Pertama (90 menit) Jam Kedua (90 menit) Membaca Intensif A Menyimak A Tata Bahasa Percakapan A Membaca Intensif B Percakapan B Percakapan C Menyimak B Mengarang Terbimbing (Narasi) Praktikum Terpadu ----------------------- Wisata Budaya --------------------------------- |
3) Permintaan penguasaan BI secara penuh
Pada penggolongan ini pembelajar membutuhkan penguasaan BI secara utuh dari tingkat pemula, tingkat menengah sampai tingkat lanjutan sehingga pembelajar mampu menggunakan BI dalam pelbagai situasi komunikasi.
Permintaan BIPA dalam golongan ini ialah penguasaan BI secara penuh, utamanya sistem formal kebahasaannya di samping juga disertai aspek fungsional pemakaiannya secara kontekstual. Tujuan pengajaran dan pembelajaran ini tentunya memungkinkan pengembangan rancangan pengajaran dan pembelajaran BIPA secara berjenjang yang lazim dikenal dalam pengajaran bahasa asing pada umumnya seperti : tingkat pemula, tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Berikut adalah susunan mata ajar dalam penjenjangannya (Tingkat pemula khusus dengan tingkat pemula dalam golongan ini pada prinsipnya sama) :
BIPA 1 (PEMULA) Lama Belajar 10 minggu Jam Pertama (90 menit) Jam Kedua (90 menit) Membaca Intensif A Menyimak A Tata Bahasa Percakapan A Membaca Intensif B Percakapan B Percakapan C Menyimak B Mengarang Terbimbing (Narasi) Praktikum Terpadu ----------------------- Wisata Budaya ------------------------------ BIPA 2 (MENENGAH) Membaca Intensif A Tata Bahasa Menyimak (Video) A Mengarang Deskripsi Membaca Intensif B Menyimak (Video) B Presentasi Praktikum Terpadu A Membaca Ekstensif Praktikum Terpadu B ------------------------ Wisata Budaya ------------------------------- BIPA 3 (LANJUTAN) Menyimak (Video) A Ceramah Aspek Budaya Mengarang Esai Diskusi Tata Bahasa Membaca Intensif Terjemahan Membaca Ekstensif Menyimak (Video) B Praktikum Terpadu -------------------------- Wisata Budaya --------------------------------- |
Daftar Pustaka
Gunawan, Samuel. (..).MERANCANG BIPA SESUAI TUNTUTAN PELANGGAN YANG SANGAT BERAGAM DALAM PROGRAM PERTUKARAN MAHASISWA. samgun@peter.petra.ac.id
Basuki, S. (..) Pengajaran dan Pemerolehan Bahasa Indonesia untuk Orang Asing :
Berbagai Masalah. BIPA Volume I/1.
Bundhowi, M. (..). Komponen Budaya dalam Pengajaran BIPA. BIPA Volume I/1.
Dardjowidjojo, S. (1996). Metode dan keberhasilan Pengajaran Bahasa. Makalah dalam Konferensi Internasioanl II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKIP PADANG.
Abdul-Hamied, F. (..). Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing : Isu dan realita. BIPA Volume I/1.
Lapoliwa, H. (1996). BIPA dan Pembinaan Citra Bahasa Indonesia. Makalah dalam Konferensi Internasioanl II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKIP PADANG.
Puspitorini, D. (1996). Bahasa Indonesia yang Baku dan Nonbaku dalam Pengajaran BIPA di FSUI. Makalah dalam Konferensi Internasioanl II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). IKIP PADANG.
Riasa, N. (..). Rancangan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing. BIPA Volume I/1.
Sudaryono. ( ...). Pemakaian “Autentic Materials” dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. BIPA Volume I/5.
No comments:
Post a Comment