This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Search This Blog

Monday, 19 November 2018

Cuplikan buku nonfiksi rangking 1st Bukan Segalanya


RANGKING 1st BUKAN SEGALANYA
Bekal Memantik Sukses Sesungguhnya

Penulis             : Bambang Wahyudiono
Penerbit           : Raih Asa Sukses
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit    : 2012
Tebal Buku : iv + 188 halaman

Pepatah latin mengatakan  :
"NON scholae sed vitae discimus"
yang artinya kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup.
Kalau orang mengatakan tugas utama mahasiswa kuliah, saya masih bisa sependapat. Tapi saya tidak setuju bila dikatakan prestasi akademik yang tinggi otomatis menjadikan karier seseorang di tempat kerja  kelak tinggi juga. Prestasi mahasiswa adalah prestasi akademik atau hard skills. Prestasi sebenarnya bukan saat di kelas, prestasi atau sukses itu setelah tamat kuliah. Dunia karier!. Baik sebagai karyawan atau wirausaha. 
Sukses dunia karier tidak ditentukan ranking satu, cumlaude atau prestasi akademik, tapi 90% ditentukan oleh soft skillsKeterampilan-keterampilan yang justru minimal diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi. Ada banyak cara yang bisa untuk memperoleh sukses. Orang sukses ada yang dengan cara alami atau ada juga dengan cara lain. Buku ini  hanya bercerita tentang bagaimana sukses dengan cara yang bisa dipelajari melalui proses kematangan diri dan kematangan berorganisasi.
Kematangan tidak bisa diasah dari kegiatan menghafal pelajaran. Kematangan hanya bisa diperoleh dengan praktik-praktik nyata terutama di luar kelas, di kehidupan sosial, berorganisasi dan sebagainya.
Untuk bisa menjadi manajer tidak cukup hanya mahir kemampuan teknis. Manajer harus punya kemampuan leadership, kerjasama yang baik, komunikasi dan kemampuan memengaruhi orang lain atau influencing people.
Selagi mahasiswa atau pelajar banyak sekali kesempatan yang bisa diasah semenjak dini. Dunia ini anomali bagi yang tidak mampu dengan rahasia hard skills dan softskills. Keduanya harus dikuasi secara berimbang bagi mereka yang ingin sukses. Kuliah hanya bagian kecil dari proses menuju sukses, namun jalan masih sangat berliku untuk meraih segalanya. 
Kenapa ranking 1 bukan segalanya? pemimpin tidak mesti ranking satu, sukses karier meski bukan bidangnya, faktor soft skills dan hard skills,   sistem pendidikan  belum maksimal. Ranking satu tapi soft skills rendah  identik dengan ketidaksuksesan.
Bagaimana menentukan jalur karier? menghalau hambatan diri, bila keliru memilih tempat kerja, menetapkan pilihan berkarier, meningkatkan kompetensi berkarier, memilih Sekolah Menengah Kejuruan, hingga jawaban sanggupkah saya berwirausaha.
Bagaimana yang seharusnya kita lakukan untuk meraih kesuksesan? Pertama, mengubah paradigma, mengasah soft skills sewaktu sekolah atau kuliah, developt soft skills sebelum pensiun dari karyawan, menyadari kesalahan berpikir, berpikir positif, sukses modal spiritual, belajar terus tanpa henti. Selama hayat masih dikandung badan.
Apa pun risiko jalan hidup yang terjadi menjadi sukses atau tidak. Sisi positif seorang ranking satu seharusnya menjadikan hidup yang  tidak gampang menyerah, tidak gampang frustasi dengan himpitan karier, daya mampu menghindari sikap hidup tidak produktif, malas dan tidak bertanggungjawab. Satu lagi yang sangat berarti bagi seorang yang pernah meraih ranking satu, yaitu melekatnya budaya malu pada diri. Malu bila tidak dapat berbuat terbaik dibandingkan dengan orang lain atau malu bila dianggap tidak berprestasi oleh yang menilai diri kita. Apa pun, sukses itu relatif lantaran dinilai oleh makhluk Tuhan juga. Sukses itu setelah kehidupan kini berakhir. Babak baru dengan modal terbaik yang tergoreskan oleh kiprah diri kita sendiri

Cuplikan buku Drama, Teori, dan Praktik Pementasan



Drama, Teori, dan Praktik Pementasan
Judul buku      : Drama, Teori dan Praktik Pementasan
Nama Penulis : Drs. Suroso, M. Pd.
Penerbit           : Elmatera Publisher, Yogyakarta
Tahun terbit     : 2015
Jumlah halaman: 256 halaman
Drama sebagai salah satu genre sastra, memiliki kekhasan dibandingkan dengan genre lain yaitu puisi dan fiksi. Kekhasan tersebut meliputi sudut pemakaian bahasa dan penyampaian amanatnya. Drama sebagai karya sastra secara struktural memiliki elemen tokoh, jalan cerita, latar, tema, dan amanat. Persoalan yang muncul dalam teks sastra drama berupa kejadian sehari-hari, atau reproduksi dari kisah-kisah yang sudah ada seperti mite, legenda, sage, untuk digali persoalannya dalam konflik antar tokoh dalam naskah. Struktur drama terdiri dari penokohan dan perwatakan, plot atau kerangka cerita, setting atau latar cerita, dialog, dan petunjuk lakuan/petunjuk teknis.
Drama sebagai teater adalah pengolahan naskah drama oleh sutradara untuk dipentaskan. Ketika sebuah naskah dipentaskan ke sejumlah penonton dengan tafsit sutradara, aktor, dan tim artistik, naskah tersebut sudah menjelma sebagai karya teater. Struktur organisasi teater terdiri dari produser yang membawahi sekretaris, keuangan, pembantu umum, humas, publikasi, dokumentasi, dan usher, sedangkan sutradara membawahi aktor tim lighting, tim musik/sound, tim rias dan busana, dan tim panggung. Persyaratan pekerja teater dapat dilihat secara kultural, secara artistik, secara literer, dan secara teatral.
Tokoh merupakan unsur utama dalam sebuah naskah drama. Mengenal karakter tokoh dalam naskah akan memudahkan aktor untuk melakukan pemeranan berdasarkan karakter yang ada dalam naskah. Dalam naskah drama tokoh dapat dibedakan dalam beberapa hal. Dari segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam naskah terdapat tokoh sentral, tokoh utama, dan tokoh tambahan. Dari peran tokoh dalam pengembangan jalan cerita ada peran protagonis, antagonis, dan tritagonis.
Bermain teater adalah mengimplementasikan naskah drama dalam pertunjukan teater pada sejumlah penonton. Teater dibedakan dalam teater tradisional dan teater modern. Pementrasan drama harus memiliki premise, yaitu rumus intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Terdapat tiga unsur dalam drama: (1) unsur kesatuan, memerhatikan kesatuan kejadian, tempat, dan waktu; (2) unsur penghematan, dalam durasi waktu tertentu dapat menyampaikan masalah-masalah yang pokok dalam naskah; (3) unsur keharusan psikis, menyesuaikan pemeran dengan peran yang akan dimainkan.
Teknik dan prosedur pementasan teater dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, menyusun director copy, semacam catatan sutradara, sebagai pedoman penyutradaraan. Tahap kedua, melaksanakan latihan, dan timeline pementasan.
Pergelaran teater berhubungan dengan proses produksi pementasan. Partisipasi dalam produksi melibatkan semua keahlian dalam berbagai bidang di panggung untuk memunculkan aspek estetik dalam pementasan. Ada beberapa aspek dalam pentas teater yaitu naskah, sutradara, tim produksi, aktor, dan tim artistic
Beberapa unsur dalam teater yaitu pemeranan, penyutradaraan, dan artisitik. Untuk dapat memerankan tokoh terdapat tahapan-tahapan yaitu pendidikan tubuh, ingatan emosi, laku dramatis, pembangunan watak, observasi atau pengamatan, irama, latihan tubuh, latihan vokal, latihan memproduksi monolog dan dialog, latihan pemeranan. Menghadirkan teater ke atas panggung pertunjukan merupakan sebuah kerja sistemik dan melewati proses yang panjang. Kerja tersebut akan lebih terarah dengan adanya peran dari sutradara. Dalam penyutradaraan, sutradara harus memahami gaya naskah pertunjukan yang akan dibawa, menentukan gaya pertunjukan, dan selanjutnya dapat merealisasikan konsep. Artistik berkaitan dengan keindahan aspek visual dalam sebuah pertunjukan. Tim artistik adalah orang-orang yang membantu sutradara dalam mengurus (1) panggung atau pentas (stage), (2) setting atau dekorasi, (3) tata lampu/sinar lighting, (4) tata suara/sound effect, (5) kostum (kostum), dan tata rias wajah (make up).
Ada berbagai cara untuk mengkritisi sebuah pementasan yaitu berupa apresiasi drama. Pada strategi strata terdapat 3 tahapan yang harus dilalui setiap apresiator yaitu tahap penjelajahan, tahap interpretasi, dan tahap rekreasi. Penonton teater dibedakan menjadi penonton umum atau penonton awam dan penonton kritis. Penonton awam menikmati pementasan drama semata hanya untuk mencari hiburan, sedangkan penonton kritis menonton drama untuk keperluan kritik dan apresiasi. Semua orang yang terlibat dalam pertunjukan teater khususnya aktor dan awak produksi memliliki pengalaman dalam kegiatan berteater, misalnya tumbuhnya kesadaran akan disiplin menepati waktu, membangun kesadaran bahwa teater adalah kerja kolektif, membangun keterampilan teater, melalui pembelajaran teater mahasiswa belajar tentang kerjasama, tanggung jawab, inovasi, kreativitas, dan pengorbanan dalam sebuah pementasan teater.


Penggalan Buku Nonfiksi Biografi Mohammad hatta


Mohammad Hatta
1. Tempat Lahir, Tanggal Lahir, dan Masa Kanak-Kanak
Mohammad Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat. Ayahnya bernama Haji Mohammad Jamil dan ibunya bernama Siti Saleha. Nama Hatta yang sebenarnya ialah Mohammad ”Athar”. Athar merupakan kata Arab yang berarti harum. Panggilan sehari-hari Athar diucapkan Atta.
Lama-kelamaan berubah menjadi Hatta.
. . . .
Pada umur 5 tahun lebih beberapa bulan, Hatta sudah mulai sekolah di Sekolah Rakyat. Pagi hari Hatta belajar di Sekolah Rakyat. Sore
hari ia belajar bahasa Belanda. Sesudah maghrib ia belajar mengaji di surau. Ia dapat mengatur waktu dengan baik. Hatta belajar di Sekolah Rakyat hanya
sampai tahun ketiga. Pertengahan tahun ajaran ia pindah ke sekolah Belanda, yaitu Europeesche Lagere School (ELS). Ia diterima di kelas dua. Ia
disuruh pindah oleh guru bahasa Belandanya karena Hatta sudah dapat berbahasa Belanda dengan baik. Murid-murid ELS umumnya anak-anak
Belanda. Namun, ada sedikit anak-anak Indonesia yang bisa belajar di ELS. Mereka itu anak-anak pegawai pemerintah dan anak-anak orang kaya. Hatta tamat ELS pada tahun 1916. Ia melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebried Lagere
Onderwijs) di Padang. MULO setingkat dengan SMP. Ia tamat MULO pada tahun 1919.
Selanjutnya, Hatta memasuki sekolah dagang Prins Hendrik School (PHS) di Jakarta. Ia tamat dari sekolah ini pada tahun 1921. Ia memperoleh
beasiswa dari Yayasan Van Deventer untuk meneruskan pendidikannya ke negeri Belanda.
Hatta mengikuti kuliah pada Handels Hoogere School (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam. Sejak tiba di negeri Belanda, Hatta memasuki
organisasi mahasiswa Indonesia yang ada di negeri itu, yaitu Indische Vereniging (IV). Organisasi ini bertujuan mencapai Indonesia Merdeka. Tujuan itu sesuai dengan cita-cita Mohammad Hatta. Hatta menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1932. Ia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Sesudah itu, ia pulang ke tanah air.
2. Jejak Langkah Perjuangan
a. Peranan Hatta dalam Perhimpunan Indonesia
. . . .
Rasa kebangsaan mulai tumbuh di hati mahasiswa-mahasiswa itu. Nama Indische Vereniging mereka ganti menjadi Indonesische Vereniging. Mereka tidak mau lagi menyebut diri sebagai orang Hindia. Perkataan Hindia menggambarkan bahasa yang terjajah. Kemudian, nama Indonesische Vereniging mereka ganti lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Dengan nama itu rasa kebangsaan semakin jelas. Namun, majalah Hindia Putera mereka ganti menjadi Indonesia Merdeka.
Mula-mula Hatta duduk sebagai anggota biasa. Semua mahasiswa memahami Hatta. Pada tahun 1923 ia dipilih menjadi bendahara. Ia pula yang diserahi tugas mengasuh majalah Indonesia Merdeka. Tahun 1926 Hatta terpilih sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia (PI). Jabatan ketua ini dapat ia pertahankan selama empat kali pemilihan yaitu sampai tahun 1930. Pada tahun itu ia tidak bersedia dipilih lagi karena akan memusatkan diri untuk menghadapi
ujian akhir kuliahnya. Hatta menulis banyak karangan.
Karangan-karangan itu dimuat dalam majalah Indonesia Merdeka. Ada pula yang dikirimkan ke Indonesia dan dimuat dalam surat-surat kabar. Ia mengarang sejak menjadi anggota JSB (Jong Sumatranen Bond). Dalam karangan-karangan itu ia menganjurkan rakyat agar berjuang mencapai kemerdekaan. Di bawah pimpinan Hatta, PI bertambah maju. Perjuangannya ditujukan untuk mencapai Indonesia Merdeka. Semboyan PI ialah ”Indonesia merdeka sekarang juga”.
Nama PI dikenal di negara-negara lain. Di Indonesia pengaruhnya sangat besar. PI diakui sebagai pos terdepan pergerakan kebangsaan Indonesia di Eropa.
. . . .
b. Hatta Memimpin Pendidikan Nasional Indonesia
Sementara itu, di Indonesia sudah berdiri partai baru. Partai itu bernama Partai Nasional Indonesia (PNI), didirikan di Bandung tanggal 4 Juli 1927. Di antara para pendirinya terdapat beberapa orang bekas anggota PI. Mereka sudah kembali ke Indonesia.
. . . .
Hatta menulis surat kepada ”Golongan Merdeka”. Dianjurkannya agar mereka mendirikan partai baru. Dimintanya supaya diterbitkan pula sebuah majalah. Gunanya untuk penerangan kepada masyarakat apa yang menjadi tujuan partai. Dengan demikian rakyat akan mengetahuinya. Anjuran Hatta diturut oleh ”Golongan Merdeka”. Mereka mendirikan partai yang diberi nama Pendidikan Nasional Indonesia. Singkatannya tetap PNI. Tetapi partai itu lebih
dikenal dengan nama PNI Baru. PNI Baru menerbitkan sebuah majalah. Namanya
Daulat Rakyat. Nama itu Hatta yang memberikannya.
c. Masa Pembuangan di Digul dan Banda Naira
Hatta tidak dibawa ke depan pengadilan. Hal itu sudah diduganya sejak semula. Ia sudah tahu apa yang akan dilakukan pemerintah terhadapnya. Hukuman untuknya sudah ditentukan. Ia dibuang ke Digul, Irian Jaya. Ia diasingkan dari masyarakat ramai, dipisahkan dari rakyat yang dicintainya. Ia dianggap berbahaya, pengganggu ketenteraman umum. Pada hari yang ditentukan, Hatta dikeluarkan dari penjara. Ia dibawa dengan sebuah kendaraan ke Tanjung Priok. Dalam kendaraan itu ada pula Syahrir dan Bondan. Di Tanjung Priok sudah menunggu Maskun, Murwoto, Burhanuddin, dan Suka. Mereka dibawa dari Bandung. Semuanya akan dibuang ke Digul.
. . . .
Disadur dari: Sekali Merdeka Tetap Merdeka, Biografi Para Pejuang Bangsa, Drs. Tugiyono K.S., Dra. Eny Sukaeni, Jakarta Baru, 1985



Penggalan Buku Nonfiksi Copycat Marketing 101


Apa yang Dimaksud dengan Kekayaan ”Sejati”?

Kalau untuk menunjukkan bahwa Anda orang kaya Anda harus mengatakannya kepada orang-orang, berarti Anda belumlah benar-benar kaya.
-Joe E. Brown (Pelawak)
Apa yang dimaksud dengan kaya? Maksud saya adalah kaya dalam arti yang sesungguhnya, yakni benar-benar kaya? Tentunya kata kaya ini bisa kita artikan dengan cara yang berlainan, bergantung pada interpretasi dari setiap
orang. Akan tetapi, bagi saya sendiri, yang dimaksud dengan kaya bukanlah hanya karena kita bisa membeli semua yang diinginkan (meskipun harus diakui, alangkah senangnya kalau kita bisa seperti itu!). Untuk saya, kaya yang sesungguhnya adalah kalau kita memiliki kebebasan.
Untuk jelasnya, berikut ini adalah definisi saya pribadi mengenai apa yang dimaksud dengan kaya. Dalam definisi saya ini sudah tercakup semua hal paling positif yang akan kita peroleh  alau kita berhasil menjadi orang yang benar-benar kaya:
Yang dimaksud dengan kaya adalah kalau kita memiliki cukup uang dan cukup waktu untuk melakukan apa yang kita inginkan, kapan pun kita mau.
Nah! Sekarang, apa pendapat Anda? Apakah menurut Anda Bill Gates, yang sudah jelas-jelas adalah orang yang superkaya raya, mempertahankan profesinya sebagai pemilik dan pucuk pimpinan Microsoft karena dia terpaksa atau karena memang dia menginginkannya? Yang jelas, Bill Gates memiliki cukup uang dan cukup waktu untuk melakukan apa saja yang dia inginkan, kapan saja dia mau, karena ia sudah berhasil menjadikan dirinya sebagai seorang kaya sejati. Oleh karena itu, dia tidak hanya menjadikan dirinya orang yang berpenghasilan besar saja. Dengan demikian, kita baru bisa dikatakan kaya sejati kalau kita bisa mendapatkan kita bisa mendapatkan kebebasan.
Kekayaan Berarti Memiliki Kebebasan untuk Memilih
Chuck Feeney adalah juga orang kaya raya seperti halnya Bill Gates. Sebagai pendiri ratusan buah toko bebas pajak di bandara-bandara seluruh dunia, Feeney adalah jelas orang yang superkaya raya. Lebih tepatnya dia adalah mantan orang superkaya raya. Hal ini karena pada tahun 1984, ia telah menyumbangkan 99,5% dari kekayaannya yang berjumlah 3,5 milyar dolar kepada sebuah yayasan sosial. Sekarang ini, dia giat menyumbangkan waktu dan uangnya untuk tujuan-tujuan sosial di seluruh dunia.
Baik Bill Gates maupun Chuck Feeney memahami benar bahwa yang dimaksud dengan kaya yang sejati itu adalah kalau kita memiliki kebebasan sepenuhnya untuk memilih cara kita meluangkan waktu dan uang kita. Sementara Gates memilih untuk meluangkan waktunya dengan menciptakan lebih banyak lagi kekayaan, Feeney memilih meluangkan waktunya dengan jalan menyumbangkan kekayaannya. Hal yang memungkinkan kedua orang tersebut bias memilih jalan hidupnya masing-masing adalah karena keduanya memang samasama benar-benar kaya.
Luangkahlah Waktu Anda dengan Bijak
Kebanyakan orang mengira bahwa yang dimaksud kekayaan sejati adalah jika memiliki banyak uang sehingga bisa membeli segala yang diinginkan. Akan tetapi, orang yang bijak memahami betul bahwa kaya yang sejati bukan hanya berarti kita bisa lebih banyak membeli sesuatu. Menurut mereka, kaya sejati itu juga jika kita bisa lebih banyak waktu untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan.
Coba Anda renungkan sejenak. Bayangkan kalau kita sudah tua nanti. Rambut kita sudah mulai beruban dan kita sedang duduk di depan rumah jompo. Saat itu, kita sedang berpikir ke belakang, tentang waktu-waktu yang telah kita lewatkan dalam hidup ini. Menurut Anda, hal-hal apa saja yang lebih kita sesali? Apakah kita lebih menyesal karena kita tidak bisa membeli rumah yang lebih bagus? Atau, kita lebih menyesal karena kita tidak bisa meluangkan lebih banyak waktu dengan anak-anak ketika mereka masih kecil?
Lalu, hal mana yang lebih Anda sesali? Tidak bekerja sungguh-sungguh di kantor sehingga karir kita kurang maju? Atau menyesal karena tidak bisa meluangkan cukup waktu untuk orang tua kita, atau untuk teman-teman kita pada saat mereka membutuhkan kita?
Waktu adalah suatu komoditas yang sangat berharga, bahkan jauh lebih berharga daripada emas sekalipun. Karena, setelah waktu berlalu maka waktu itu tidak pernah akan kembali lagi! Contohnya, jika mobil kita rusak, kita bisa saja membeli mobil yang baru. Kalau Anda kehilangan Anda kehilangan pekerjaan, Anda bisa mencari pekerjaan lainnya. Kalau Anda kehilangan uang karena bisnis Anda gagal, Anda bisa mencari uang dengan cara lain. Akan tetapi, Anda tidak
akan pernah mendapatkan waktu Anda kembali kalau sudah telanjur Anda lewatkan dengan sia-sia. Betul, kan? Jadi, jelasnya, kalau waktu sudah berlalu maka waktu itu akan hilang selamanya.
Sebuah peribahasa Cina mengatakan: adalah lebih baik membuang semua kekayaan kita dalam sumur yang dalam, daripada membuang sia-sia sedikit waktu yang kita miliki.
Oleh karena itu, kaya sejati adalah kalau kita bisa memiliki cukup uang dan cukup waktu untuk melakukan apa saja yang kita inginkan, kapan pun kita menginginkannya. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa keuntungan terbesar kalau kita bias menjadi orang kaya sejati adalah bahwa kita akan memiliki kebebasan untuk memilih dengan cara apa kita meluangkan waktu kita.
Menciptakan Penghasilan Merupakan Jebakan bagi Waktu Kita
Mungkin Anda pernah mendengar tentang para dokter atau pengacara yang penghasilannya mencapai $150.000 dolar per tahun. Akan tetapi, ironisnya, ironisnya, mereka sering merasa terjebak dalam menjalani kehidupan ini. Kalau begitu, apakah menurut Anda mereka itu adalah orang-orang yang sedang menciptakan kekayaan sejati? Kalau kita membandingkan dengan definisi yang saya berikan di atas tentang arti kata ”kaya”, jawabannya tentu ”tidak”.
Mengapa demikian? Walaupun banyak profesional berpenghasilan besar dan mempunyai uang untuk membeli dan melakukan apa yang diinginkan, kebanyakan dari mereka tidak punya cukup waktu. Wajar saja sebab mereka harus bekerja habis-habisan. Mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan agar mereka bisa mempertahankan gaya hidup mereka. Mereka–yang terperangkap dalam pekerjaan, baik pekerjaan yang berpenghasilan rendah maupun yang tinggi–adalah korban-korban dari penciptaan penghasilan, bukan penciptaan kekayaan sejati.
Dengan menciptakan penghasilan, berarti Anda melakukan barter antara
waktu Anda dengan uang yang Anda peroleh. Oleh karena itu, Anda tidak akan
mendapatkan uang kalau tidak bekerja. Baik untuk seorang pengumpul sampah
 yang berpenghasilan hanya $5,15 per jammaupun seorang dokter ahli bedah jantung yang bisa berpenghasilan $5.000 per jam, penciptaan penghasilan itu sama-sama menggunakan sistem barter antara waktu dan uang tadi. Kalau kita bekerja 10 jam, kita bekerja 10 jam, berarti kita akan menerima bayaran sesuai
dengan 10 jam kerja kita.
Hanya sayangnya, penciptaan penghasilan itu bagaikan lingkaran setan. Oleh karena itulah, saya menyebut penciptaan penghasilan ini seperti jebakan barter uang dan waktu. Lebih memprihatinkan lagi, Jika lingkaran setan ini akan berhenti berputar pada saat penghasilan Anda juga berhenti. Artinya, jika pekerja itu sakit, cacat, atau diberhentikan, mereka tidak berpenghasilan lagi.
Kalau Pengeluaran Sama dengan Pemasukan
Sekarang, marilah kita melihat gambaran tentang profesional-profesional yang dianggap ”kaya”. Ambil saja contoh John Smith, M.D., yang penghasilan tahunannya sebesar $150.000. Kalau dibandingkan dengan penghasilan standar kebanyakan orang, jumlah $150.000 pertahun ini sudah sangat besar. Akan tetapi, orang-orang profesional seperti ini lama-kelamaan menjadi begitu bergantung pada penghasilannya demi mempertahankan gaya hidupnya. Mereka ini sudah masuk ke dalam perangkap barter waktu dan uang tadi.
(Sumber: Hedges, Burke, 2001. Copycat Marketing 101, hlm. 29–35)