Search This Blog

Monday, 19 November 2018

Cuplikan buku Drama, Teori, dan Praktik Pementasan



Drama, Teori, dan Praktik Pementasan
Judul buku      : Drama, Teori dan Praktik Pementasan
Nama Penulis : Drs. Suroso, M. Pd.
Penerbit           : Elmatera Publisher, Yogyakarta
Tahun terbit     : 2015
Jumlah halaman: 256 halaman
Drama sebagai salah satu genre sastra, memiliki kekhasan dibandingkan dengan genre lain yaitu puisi dan fiksi. Kekhasan tersebut meliputi sudut pemakaian bahasa dan penyampaian amanatnya. Drama sebagai karya sastra secara struktural memiliki elemen tokoh, jalan cerita, latar, tema, dan amanat. Persoalan yang muncul dalam teks sastra drama berupa kejadian sehari-hari, atau reproduksi dari kisah-kisah yang sudah ada seperti mite, legenda, sage, untuk digali persoalannya dalam konflik antar tokoh dalam naskah. Struktur drama terdiri dari penokohan dan perwatakan, plot atau kerangka cerita, setting atau latar cerita, dialog, dan petunjuk lakuan/petunjuk teknis.
Drama sebagai teater adalah pengolahan naskah drama oleh sutradara untuk dipentaskan. Ketika sebuah naskah dipentaskan ke sejumlah penonton dengan tafsit sutradara, aktor, dan tim artistik, naskah tersebut sudah menjelma sebagai karya teater. Struktur organisasi teater terdiri dari produser yang membawahi sekretaris, keuangan, pembantu umum, humas, publikasi, dokumentasi, dan usher, sedangkan sutradara membawahi aktor tim lighting, tim musik/sound, tim rias dan busana, dan tim panggung. Persyaratan pekerja teater dapat dilihat secara kultural, secara artistik, secara literer, dan secara teatral.
Tokoh merupakan unsur utama dalam sebuah naskah drama. Mengenal karakter tokoh dalam naskah akan memudahkan aktor untuk melakukan pemeranan berdasarkan karakter yang ada dalam naskah. Dalam naskah drama tokoh dapat dibedakan dalam beberapa hal. Dari segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam naskah terdapat tokoh sentral, tokoh utama, dan tokoh tambahan. Dari peran tokoh dalam pengembangan jalan cerita ada peran protagonis, antagonis, dan tritagonis.
Bermain teater adalah mengimplementasikan naskah drama dalam pertunjukan teater pada sejumlah penonton. Teater dibedakan dalam teater tradisional dan teater modern. Pementrasan drama harus memiliki premise, yaitu rumus intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Terdapat tiga unsur dalam drama: (1) unsur kesatuan, memerhatikan kesatuan kejadian, tempat, dan waktu; (2) unsur penghematan, dalam durasi waktu tertentu dapat menyampaikan masalah-masalah yang pokok dalam naskah; (3) unsur keharusan psikis, menyesuaikan pemeran dengan peran yang akan dimainkan.
Teknik dan prosedur pementasan teater dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, menyusun director copy, semacam catatan sutradara, sebagai pedoman penyutradaraan. Tahap kedua, melaksanakan latihan, dan timeline pementasan.
Pergelaran teater berhubungan dengan proses produksi pementasan. Partisipasi dalam produksi melibatkan semua keahlian dalam berbagai bidang di panggung untuk memunculkan aspek estetik dalam pementasan. Ada beberapa aspek dalam pentas teater yaitu naskah, sutradara, tim produksi, aktor, dan tim artistic
Beberapa unsur dalam teater yaitu pemeranan, penyutradaraan, dan artisitik. Untuk dapat memerankan tokoh terdapat tahapan-tahapan yaitu pendidikan tubuh, ingatan emosi, laku dramatis, pembangunan watak, observasi atau pengamatan, irama, latihan tubuh, latihan vokal, latihan memproduksi monolog dan dialog, latihan pemeranan. Menghadirkan teater ke atas panggung pertunjukan merupakan sebuah kerja sistemik dan melewati proses yang panjang. Kerja tersebut akan lebih terarah dengan adanya peran dari sutradara. Dalam penyutradaraan, sutradara harus memahami gaya naskah pertunjukan yang akan dibawa, menentukan gaya pertunjukan, dan selanjutnya dapat merealisasikan konsep. Artistik berkaitan dengan keindahan aspek visual dalam sebuah pertunjukan. Tim artistik adalah orang-orang yang membantu sutradara dalam mengurus (1) panggung atau pentas (stage), (2) setting atau dekorasi, (3) tata lampu/sinar lighting, (4) tata suara/sound effect, (5) kostum (kostum), dan tata rias wajah (make up).
Ada berbagai cara untuk mengkritisi sebuah pementasan yaitu berupa apresiasi drama. Pada strategi strata terdapat 3 tahapan yang harus dilalui setiap apresiator yaitu tahap penjelajahan, tahap interpretasi, dan tahap rekreasi. Penonton teater dibedakan menjadi penonton umum atau penonton awam dan penonton kritis. Penonton awam menikmati pementasan drama semata hanya untuk mencari hiburan, sedangkan penonton kritis menonton drama untuk keperluan kritik dan apresiasi. Semua orang yang terlibat dalam pertunjukan teater khususnya aktor dan awak produksi memliliki pengalaman dalam kegiatan berteater, misalnya tumbuhnya kesadaran akan disiplin menepati waktu, membangun kesadaran bahwa teater adalah kerja kolektif, membangun keterampilan teater, melalui pembelajaran teater mahasiswa belajar tentang kerjasama, tanggung jawab, inovasi, kreativitas, dan pengorbanan dalam sebuah pementasan teater.


0 comments:

Post a Comment