Search This Blog

Wednesday 22 June 2011

Pengertian dan Klarifikasi Rancangan (Desain) Penelitian


Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka tujuan rancangan penelitian adalah untuk memberikan suatu rencana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Konsideran utamanya dalam rancangan perencanaan adalah untuk mengkhususkan mekanisme kontrol yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga jawaban atas pertanyaan akan menjadi jelas dan sahih. Selanjutnya rancangan penelitian dalam makna pelaksanaan, sangat terkait dengan pembuktian hipotesis, menyatakan suatu kejelasan hubungan sebab akibat dan setiap variabel yang terlibat, dan dari penentuan instrumen pengumpulan data akan jelas terukur tingkat validitas internal dan validitas eksternal.
Rancangan penelitian lebih menekankan pada aspek baik atau tidak baik dan sangat tergantung pada derajat akurasi yang diinginkan oleh peneliti, derajat pembuktian hipotesis, dan tingkat perkembangan dan ilmu pengetahuan yang menjadi perhatian. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa rancangan penelitian tidak ada yang tepat sekali, satu sama lain memiliki titik lebih dan titik kurang. Penentuan rancangan penelitian seringkali didasarkan pada pertimbangan praktis dan kompromi peneliti terhadap cakupan area penelitiannya.
Oleh karena itu, rancangan penelitian banyak sekali ragamnya. Para ahli belum ada kesepakatan diam penggolongan rancangan penelitian. Namun demikian, secara umum rancangan penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu: rancangan penelitian tanpa perlakuan (kelompok deskriptif) dan rancangan penelitian dengan perlakuan (kelompok eksperimen).
A.    Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan penelitian deskriptif pada dasarnya bertujuan untuk memberikan deskripsi dengan maksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tipe deskripsi yang dihasilkan tergantung pada banyaknya informasi yang dimiliki peneliti tentang topik sebelum proses pengumpulan data. Secara umum, biasanya rancangan deksriptif dibagi menjadi dua yaitu: rancangan eksploratori dan survei. Rancangan deskriptif yang lainnya adalah sensus atau penelitian populasi. Ciri utama dan rancangan penelitian deskriptif tidak menyatakan adanya hubungan sebab dan akibat serta tidak terlalu kompleks, karena biasanya penelitian ditujukan untuk meneliti variabel atau populasi tunggal.
1.      Rancangan penelitian eksploratori
Jenis rancangan penelitian eksploratif, adalah jenis rancangan penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dari hasil eksplorasi yang mendalam pada obyek tertentu. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Rancangan penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.
2.      Rancangan penelitian survey
Penetapan rancangan penelitian survey bertujuan:
a.       Untuk mencari informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada.
b.      Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau bentuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.
c.       Untuk membuat komparasi dan evaluasi.
d.      Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.
B.     Rancangan Penelitian Eksperimen
Semua rancangan percobaan atau eksperimen mempunyai karakteristik sentral yaitu didasarkan pada adanya manipulasi variabel bebas dan mengukur efek pada variabel terikat. Rancangan eksperimen klasik terdiri dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen, variabel bebasnya dimanipulasi. Dalam kelompok kontrol variabel terikatnya yang diukur, maka tidak ada perubahan yang dibuat pada variabel bebasnya.
Secara umum ciri rancangan penelitian eksperimen yang baik adalah:
1.      Subyek secara acak dipilih ke dalam kelompok-kelompok.
2.      Peneliti merancang manipulasi yang akan diberikan pada variabel eksperimen dan dilakukan kontrol yang ketat.\
3.      Terdapat setidak-tidaknya dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang satu sama lain sebagai pembanding.
4.      Selalu digunakan analisis varians untuk meminimalkan varians dan error dan memaksimumkan varians dari variable yang diteliti dan berkaitan dengan hipotesis yang ditetapkan.
Oleh karena peneliti harus mampu melakukan kontrol yang ketat terhadap variabel eksperimen, maka ada tiga prinsip dasar dalam pelaksanaan rancangan eksperimen yaitu:
1.      Replikasi, pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini berguna untuk memberikan estimasi yang lebih tepat terhadap error eksperimen dan memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap rata-rata pengaruh yang ditimbulkan dan perlakuan.
2.      Randomisasi, bermanfaat untuk meningkatkan validitas dan mengurangi bias utamanya dalam hal pembagian kelompok dan perlakuan.
3.      Kontrol internal, melakukan penimbangan. bloking. dan penge4ompokan dan unit-unit percobaan yang digunakan. Hal ini bermanfaat untuk membuat prosedur yang lebih akurat, efisien, dan sensitif.\
Error eksperimen dalam sebuah penelitian eksperimen dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
a. Kesalahan dari percobaan yang sedang dilakukan.
b. Kesalahan pengamatan.
c. Kesalahan pengukuran.
d. Variasi dan bahan yang digunakan dalam percobaan.
e. Pengaruh kombinasi dari faktor-faktor luar.
Semakin banyak replikasi memang membawa konsekuensi penelitian eksperimen itu mahal dan memakan waktu relatif lama. Oleh karena itu, pertimbangan untuk menentukan banyaknya replikasi sangat ditentukan oleh:
a.       Luas dan banyaknya jenis unit percobaan.
b.      Bentuk unit percobaan.
c.       Variabilitas dan ketersediaan material percobaan.
d.      Derajat ketelitian yang diinginkan. Derajat kebebasan diharapkan tidak boleh kurang dan 10-15.

1.      Rancangan Eksperimental-Sungguhan (true—experimental research)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Rancangan eksperimental sungguhan yang cukup dikenal adalah:

a. Control group posttest-only design
Dalam model rancangan ml, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat dianggap setara. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka waktu tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya.\
Model rancangan ini cocok untuk kondisi yang tidak dimungkinkan diakukan pre test atau ketika dikhawatirkan akan adanya interaksi antara pre test dengan perlakuan yang diberikan. Rancangan ml mampu mengendalikan faktor histori, maturasi, dan pre tes, tetapi tidak mampu mengukur besarnya efek dan faktor-faktor tersebut.
b. Pre test-post tes control group design
Rancangan ini lebih baik dan rancangan eksperimen tanpa pre tes, karena aka lebih akurat dalam memperoleh akibat dan suatu perlakuan dengan perbandingan keadaan dan variabel terikat pada kelompok eksperimen setelah dikenal perlakuan dan variabel kontrol yang tidak dikenai oleh perlakuan.
c. Solomon four group design
Rancangan solomon ini memang tidak banyak digunakan pada jumlah sampel penelitian yang kecil, namun pada penelitian pertanian dan sosial sering digunakan. Rancangan ini memiliki keunggulan untuk mengurangi pengaruh pre-test terhadap unit percobaan dan mengurangi error interaksi antara pre-test dengan perlakuan.
Rancangan ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu 2 kelompok yang dilakukan pre test-post tes dan 2 kelompok yang dilakukan pre tes-posttes.
Secara konkret dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      kelompok perlakuan dan kontrol dengan pre test.
2.      kelompok perlakuan dan kontrol tanpa pre test.
Khusus faktorial, pada dasarnya bukan merupakan rancangan penelitian, tetapi memang sebuah penelitian eksperimen. Oleh karena itu eksperimen faktorial bisa didekati dengan berbagai rancangan, misalnya dengan randomized complete block.
Keuntungan dan eksperimen faktorial adalah dimungkinkan untuk mengetahui pengaruh interaksi antar faktor. Oleh karena itu, semua prinsip dasar penelitian eksperimen harus tetap ada, agar error eksperimen dapat diukur. Misalnya akan diadakan 2 perlakuan pemberian makanan tambahan yang berupa susu dan bubur kacang dengan masing-masing 2 level. Maka disusunlah kelompok:
1.      Kelompok A, pemberian susu 2 gelas sehari.
2.      Kelompok B, pemberian susu 3 gelas sehari
3.      Kelompok C, pemberian bubur kacang 1 mangkok sehari.
4.      Kelompok D, pemberian bubur kacang 2 mangkok sehari.
2. Rancangan Eksperimental Semu (Quasi-Experimental Research)
Tujuan rancangan eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validitas eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Ciri-ciri rancangan eksperimen semu adalah:
a.       Manipulasi eksperimen hanya pada variabel bebas.
b.      Tidak ada pemilihan secara acak untuk kelompok dan atau
c.       Tidak ada kelompok kontrol.
3. Rancangan penelitian uji klinik
Rancangan penelitian uji klinik sangat khas karena berkaitan dengan pencapaian tujuan untuk mengetahui khasiat obat, efek samping obat, dosis optimal untuk orang Indonesia, dan membandingkan efek obat lain. Dalam hal ini rancangan penelitian uji klinik bersifat eksperimental dan komparatif. Oleh karena itu dalam rancangan uji klinik, dikenal perlakuan dan plasebo.
Plasebo adalah bahan inert, tidak berkhasiat, tidak mempunyai efek metabolik yang berarti, tidak toksik, tidak alergenik, dan tidak memiliki efek farmakologik terhadap penyakit yang sedang diobati. Plasebo harus diberikan dalam keadaan yang sama dengan obat yang diteliti dalam arti : bentuk, rasa, dan warna, sehingga penderita tidak dapat membedakannya dengan obat yang diteliti.
A.    Fase pelaksanaan rancangan uji klinik
Pelaksanaan rancangan uji klinik pada manusia melibatkan dokter dan ahli farmakologi klinik sebagai pelaksana, pengawas, dan penanggungjawab penelitian. Rancangan uji klinik meliputi beberapa fase yaitu:
1.      Safety evaluation, penelitian ini dibawah pengawasan ahli farmakologi klinik yang ingin mengetahui efek farmakodinamika dan farmakokinetik obat pada manusia. Tujuannya untuk menilai keamanan obat yang diteliti. Subyeknya dapat orang sehat dan orang sakit.
2.      Efficacay evaluation, penelitian ml dilakukan pada subyek yang jumlahnya terbatas di bawah pengawasan dokter ahli pada bidangnya. Tujuannya untuk menilai efek obat.
3.      Multicentre clinical trial, penelitian yang dilakukan pada sejumlah besar subyek. Tujuannya untuk mengetahui efek terapi dan efek samping obat dalam skala luas.
4.      Post marketing trial, penelitian yang dilakukan untuk memantau efek terapetik dan efek samping obat yang lebih rinci sesudah obat tersebut dipasarkan
B.     Subyek dan penderita serta
Dalam penelitian yang menggunakan rancangan uji klinik, peranan subyek (sehat) dan penderita serta sangat penting. Oleh karena itu subyek dan penderita serta dalam rancangan ini harus memenuhi beberapa syarat yang ketat. Syarat tersebut meliputi:
1. Kriteria diagnostik merupakan kriteria penyerta (kriteria inklusi) atau syarat yang diperlukan untuk subyek penelitian dan berarti bahwa semua persyaratan harus dipenuhi agar kita memperoleh kelompok penderita yang homogen.
2. Kriteria pre-terapi merupakan kriteria yang berisi persyaratan antara lain tentang umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, berat ringannya penyakit, terapi sebelumnya, dan ciri yang lain yang ada hubungannya dengan penelitian.
3. Kriteria Ko-morbid merupakan kriteria penyisihan (kriteria ekslusi) yang memuat persyaratan untuk menolak penderita dalam uji klinik. Misalnya penderita gagal ginjal dengan kadar kreatinin serum lebih dari 4 mg/dl, sehingga tidak boleh menjadi subyek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul AA. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. Medika Salemba.
Azwar S. 1998. Metode Penelitian. Edisi 1. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.
Bisri CH. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Brink PJ dan Wood MJ. 2000. Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan, dan Pertanyaan sampai Proposal. Edisi ke 4. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.\

Praktiknya AW. 2000. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Tjokronegoro A dan Baraas F. 1994. Teknik Penulisan Makalah Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan. Cetakan ke 2. Jakarta. FKUI
Tjokroprawiro A, Pudjirahardjo WJ, dan Putra SH. 1997. Pedoman Penelitian Kedokteran. Cetakan I. Surabaya. Airlangga University Press.

0 comments:

Post a Comment