Search This Blog

Thursday, 23 June 2011

Penggolongan Kata Menurut Tardjan Hadidjaja (1959)


1.        Kata benda
Kata benda adalah kata yang menyatakan benda. Menurut keadaannya, dibedakan menjadi (1) kata benda konkret, yaitu menyatakan benda yang benar-benar atau atau benda khayal. Misalnya orang, burung, buku pelajaran, hantu, bidadari, dan sebagainya; dan (2) kata benda abstrak, yaitu menyatakan nama benda yang adanya hanya dapat dipahami oleh pikiran, misalnya ilham, angan-angan, perguruan, perdagangan, perjanjian, perdamaian, pertandingan, kerajinan, dan sebagainya.
Menurut artinya, digolongan menjadi: (1) kata beda nama jenis, misalnya rumah, daun, pohon, dunia, matahari, dan sebagainya; (2). kata benda nama diri, misalnya Mei, Surono, Gunung Merapi, Sungai Barito; (3) kata benda nama zat, misalnya batu, pasir, besi, mas, garam; (4) kata benda nama kumpulan, misalnya berkas, rumpun, onggok, gugusan.
2. Kata kerja
Berdasarkan hubungan antara pokok dan sebutannya, kata kerja dibedakan menjadi: 1. kata kerja bentuk tindak, yaitu apabila pokok kalimat melakukan perbuatan, misalnya duduk, lari, hilir mudik, berjual bei, mempercepat; dan 2. kata kerja bentuk tanggap, yaitu apabila pokok kalimat menanggapi, diperlakukan, atau dikenai perbuatan, misalnya dipukul, dilalui,  terhampiri, kelihatan, dan sebagainya.
3. Kata ganti
Kata ganti adalah kata yang menjadi pengganti nama orang atau benda.
  • Kata ganti orang
ü  orang pertama, misalnya aku, kami, hamba;
ü  orang kedua, misalnya engkau, kamu, tuan;
ü  orang ketiga, misalnya ia, dia, mereka.
Masing-masing dapat dibedakan atas tunggal dan jamak.
  • Kata ganti pemilik
ü  kesatu, ialah ku, kami, kita; (tunggal dan jamak)
ü  kedua, ialah mu, kamu; ( tunggal dan jamak)
ü  ketiga, ialah nya, mereka. (tunggal dan jamak)
  • Kata ganti penanya, misalnya apa, siapa, mana, yang mana.
  • Kata ganti tak tentu, misalnya barang sesuatu, barang siapa.
  • Kata ganti penujuk, ialah ini dan itu.
  • Kata penghubung, ialah kata yang.
4. Kata bilangan
  • Bilangan pokok, yang dibedakan menjadi: 1. bilangan pokok tertentu, misalnya satu, dua, dan sebaginya; 2. bilangan pokok tak tentu, misalnya semua, segala, sekalian.
  • Bilangan tingkat, dibedakan menjadi: 1. bilangan tingkat tentu, misalnya kesatu, kedua; dan 2. bilangan tak tentu, ialah kesekian.
  • Kata bilangan pecahan, misalnya sepertiga, tiga perlima.
5. Kata sifat
Kata sifat ialah kata yang menyatakan sifat atau keadaan benda. Misalnya kering, kering kerontang, berlumuran darah, menguning, dan sebagainya.
6. Kata tambahan
Kata tambahan adalah kata yang berfungsi sebagai keterangan pada kata yang bukan kata benda. Kata tambahan dibedakan menjadi:
  • Kata tambahan penunjuk waktu, misalnya pagi-pagi, sedang, kini.
  • Kata tambahan penunjuk tempat, misalnya sini, situ, ke atas.
  • Kata tambahan penunjuk peri keadaan, misalnya sungguh-sungguh, cepat-cepat, baik-baik, begini, pandai-pandai.
  • Kata tambahan penunjuk banyak dan taraf ketandasan, misalnya terlalu, semata-mata, hanya, agak, hampir, sangat.
  • Kata tambahan penunjuk taraf kepastian.
ü  kepastian, misalnya sungguh, tentu, pasti, memang.
ü  Kemungkinan, misalnya mungkin, barangkali.
ü  Pengharapan dan permintaan, misalnya semoga.
ü  Ingkar, misalnya tidak, tak, tiada, jangan.
7. Kata depan
Kata depan adalah kata yang selalu terdapat di depan kata benda atau kata ganti dan hubungannya lebih erat dengan kata yang mengikutinya daripada dengan kata yang ada di depannya. Berdasarkan artinya:
  • Kata depan pengantar tempat, misalnya di, ke, dari, di dalam.
  • Kata depan pengantar pihak yang akan menerima bagian, misalnya untuk, buat, bagi.
  • Pengantar alat, kawan, atau lawan, ialah kata dengan.
  • Pengantar maksud atau tujuan, ialah akan, untuk, dan guna.
  • Pengantar waktu atau tempat, misalnya hingga, sekitar, hampir.
  • Pengantar sebab, misalnya atas, demi, karena, sebab, oleh.
8. Kata penghubung
Kata penghubung adalah kata yang mnghubungkan kata dengan kata atau kalimat dengan kalimat yang mendahuluinya.
  • Penunjuk gabungan, ialah dan, serta, lagi, lagi pula.
  • Penunjuk waktu, misalnya waktu, ketika, setelah, sementara.
  • Penunjuk maksud atau tujuan, ialah agar, supaya, biar.
  • Penunjuk perlawanan, misalnya tetapi, akan tetapi, melainkan.
  • Penunjuk sebab atau akibat, misalnya sebab, karena, sehingga.
  • Penunjuk syarat atau pengandaian, misalnya jika, kalau, asalkan.
  • Penunjuk sebab yang tak dipedulikan atau pernyataan mengalah, misalnya biarpun, meskipun, walaupun, walau sekalipun.
  • Penunjuk pelaku, pelengkap, atau keterangan, ialah bahwa.
9. Kata sandang
Kata sandang adalah kata yang berfungsi untuk menegaskan kata berikutnya, kata yang disandanginya, hingga kata itu mempunyai arti yang tentu. Yang termasuk kata sandang adalah yang, nya, si, para, sebuah, ini.
10. Kata seru
Kata seru ialah kata yang digunakan untuk melepaskan perasaan dan keluarnya pun biasanya tiada dengan sengaja.
  • Berdasarkan sifatnya:
ü  kata seru yang sejati, misalnya aduh, oh, amboi, wahai.
ü  Kata seru tiruan bunyi, misalnya meong, cit, debar.
ü  Kata seru yang terjadi dari kata biasa, misalnya kasihan, sayang, masya allah, astaga, ya rabbi, dan sebagainya.
  • Berdasarkan maksudnya:
ü  penyeru biasa, misalnya kata hai.
ü  Menyatakan rasa heran, misalnya wah, wahai, astaga.
ü  Menyatakan rasa sakit, misalnya aduh, tolong.
ü  Menyatakan rasa iba atau sedih, misalnya, kasihan, amboi.
ü  Menyatakan kecewa, misalnya sayang dan celaka.
ü  Menyatakan kaget bercampur sedih, misalnya inna lillahi.
ü  Menyatakan rasa lega, misalnya nah, syukur, alamdu lillah.
ü  Menyatakan rasa jijik, misalnya cih dan cis.

0 comments:

Post a Comment