Pada zaman dahulu, banyak kata-kata yang mempunyai kaitan dengan alat
sekitar dan budaya atau kebiasaan sehari-hari masyarakat pemakainya sehingga
lahir istilah “bahasa adalah jiwa masyarakat”. Hal ini bisa dimaklumi karena
dengan mengkaji bahasa kita dapat memahami sedikit atau banyak budaya
masyarakat pemakai bahasa tersebut. Joyce O. Hertzler (1965) mengatakan bahwa
bahasa dapat memancarkan identitas rasa, penunjuk pangkat, derajat, keturunan,
hubungan kekeluargaan, cara pemikiran, aktivitas harian, kreativitas, ilmu,
teknologi, cara/gaya hidup, adat dan budaya suatu bangsa. Bahkan, sebagian
bangsa ada yang membedakan pemakaian bahasa untuk golongan atau kelompok
laki-laki dan perempuan. Sementara itu, V. Tauli (1974) dalam bukunya The
Theory of Language Planning menyatakan bahwa banyak individu yang dapat
menilai bahasa yang dipakainya. Dia mengetahui apakah bahasa yang dipakainya
betul atau tidak, sopan atau tidak. Menurutnya, individu bebas memilih laras
(register) apa yang digunakan, resmi atau tidak, ilmiah atau tidak, biasa atau
tidak, akrab atau tidak, formal atau tidak, baku atau tidak, halus atau tidak;
bahkan ia suka-suka memilih dialek, kreol, slang, bahasa tulis atau lisan.
Jelaslah di sini bahwa individu mempunyai kebebasan yang luas untuk memilih
penggunaan bahasanya. Dijumpai juga individu yang setia menggunakan bahasa
aslinya, mengubah, menukar, atau memindahkan bahasanya. Hal ini amat bergantung
pada penguasaan bahasa. Dia seorang ekabahasa, dwibahasa, atau multibahasa. Hal
inilah yang menyebabkan diperlukan perencanaan bahasa agar bahasa bisa
mengemban fungsinya secara maksimal (dalam Muslich 2007).
MATERI SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK
LINK DOWNLOAD DI BAWAH INI!
JIKA ANDA TERHUBUNG KE ADFLY, ANDA CUKUP MENUNGGU SAMPAI
TERDAPAT TULISAN LEWATI/SKIP AD WARNA KUNING DI POJOK KIRI, SETELAH ITU ANDA CUKUP MENGKLIK UNDUH.
0 comments:
Post a Comment