Search This Blog

Thursday 7 April 2011

Analisis Sastra Feminis Novel “SOLD, Kenapa Aku Dijual?” Karya Zana Muhsen dan Andrew Croft.


Sinopsis
SOLD, Mengapa Aku Dijual?
Oleh Satria Setiawan,dkk
Dalam Novel ini diceritakan kisah perbudakan wanita yang dijual oleh ayah kandungnya sendiri. Berawal dari rencana liburan yang ditawarkan oleh Dad (ayahnya) kepada Zana (tokoh “aku”) dan Nadia, adiknya, ke Yaman, tempat kakek dan neneknya tinggal. Namun mereka pergi pada waktu yang berbeda, Zana (15) berangkat bersama Abdul Khada (Pria Yaman, teman Dad) seminggu lebih dulu dari Nadia. Sedangkan Nadia Berangkat bersama dengan Gowad, yang juga teman akrab Dad.
            Sejak saat itu penderitaan mereka dimulai. Mereka yang mengira akan berlibur dan bersenang-senang di tempat yang indah sebagaimana yang diceritakan oleh Dad, terkejut dengan keadaan yang justru berbalik 1800, lebih-lebih mereka diberitahukan telah dinikahkan  secara resmi oleh ayahnya, yang kemudian diketahui bahwa mereka telah dijual seharga 1300 poundsterling kepada Abdul Khada dan Gowad, untuk dinikahkan dengan Abdullah (14) dan Mohammed (13).
            Zana dan Nadia, keduanya terperangkap dalam lembah penderitaan dan perbudakan di negeri orang, yang merupakan salah satu negeri termiskin di dunia. Dimana perempuan harus patuh kepada kaum laki-laki. Wanita harus bekerja dari sejak fajar menyingsing hingga larut malam, mengangkut air dengan bejana di kepala yang bermil-mil jaraknya, bercocok tanam di tanah yang gersang dengan hanya menggunakan sebuah sendok semen dan belati, sedangkan kaum laki-lakinya  biasanya bekerja ke luar negeri selama berbulan-bulan. Jika tidak menurut mereka akan dipukuli oleh kaum laki-laki, begitu juga dengan anak laki-laki yang segala nasib dan ketentuannya berada di tangan ayah mereka.
            Akhirnya, karena semangat yang tak pernah pudar selama 8 tahun, dengan hadirnya seorang dokter yang mau menyampaikan surat mereka pada Mum (ibunya) sehingga Zana (tokoh “aku”) dapat keluar dari Yaman dengan bantuan pemerintah dan pers Inggris. Meskipun begitu hingga kini Nadia masih menjadi tahanan di Mokbana, Yaman  menunggu Zana dan Mum menyelamatkannya.
         
Pengertian Feminisme
            Novel “SOLD, Mengapa Aku Dijual?” karya Zana Muhsen dan Andrew Croft ini merupakan novel yang mengangkat masalah tentang perbudakan. Novel ini diambil dari kisah nyata wanita yang mengalami perbudakan di Zaman Modern. Novel ini akan dianalisis dengan telaah feminisme. Sebab Feminisme merupakan ilmu yang dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra dengan kesadaran khusus, bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan kita. Jenis kelamin inilah yang membuat perbedaan diantara semuanya yang juga membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan dan faktor luar yang mempengaruhi situasi karang-mengarang (Sugihastuti, 2005:5).
            Djayanegara (2000: 27-39) menguraikan ragam kritik sastra feminis sebagai berikut.
  1. Kritik Sastra Feminis Ideologis, memandang kaum wanita khususnya kaum feminis sebagai pembaca. Yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita adalah citra serta streotipe wanita dalam karya sastra.
  2.  Kritik Sastra Feminis Ginokritik, mengkaji tulisan-tulisan wanita (penulis wanita). Ginokritik mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti apakah penulis-penulis wanitamerupakan kelompok khusus, dan apa perbedaan antara tulisan wanita dan laki-laki.
  3. Kritik Sastra Feminis Sosialis (Marxis), meneliti tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat yang tertindas.
  4. Kritik Sastra Feminis Psiko analitik, diterapkan pada tulisan-tulisan wanita karena para feminis mencoba mengungkapkan bahwa biasanya mengidentifikasikan dirinya atau menempatkan dirinya pada tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cerminan atas penciptanya.
  5. Kritik Sastra Feminis Lesbian, meneliti penulis dan tokoh perempuan saja. Kajian ini masih terbatas karena beberapa factor. Pertama, para feminis pada umumnya tidak menyukai kelompok perempuan homoseksual dan memandang mereka sebagai feminis radikal. Kedua, waktu tulisan-tulisan tentang perempuan bermunculan pada tahun 1979-an. Jurnal-jurnal perempuan tidak ada yang menulis tentang lesbianisme. Ketiga, kaum lesbian sendiri belum mampu mencapai kesepakatan tentang definisi lesbianisme. Keempat, disebabkan sikap antipati para feminis dan masyarkat, penulis lesbian terpaksa dalam bahasa yang terselubung serta menggunakan lambing-lambang, disamping menyensor sendiri.
  6. Kritik Sastra Feminis Etnik,  mempermasalahkan diskriminasi seksual dan diskriminasi rasial dari kaum kulit putih maupun hitam, baik laki-laki maupun perempuan.
(Djajanegara, 2000: 27-39)
Dengan demikian, feminisme menaruh perhatian besar pada kedudukan dan peran perempuan, seperti yang tercermin pada karya sastra yang mengangkat kisah-kisah tentang derajat perempuan dalam kehidupan sosial masyarakat, serta usaha feminisme untuk memperoleh kesetaraan hak dan pegakuan dengan kaum laki-laki.
Adapun, analisis novel “SOLD, Mengapa aku dijual?” ini menggunakan pendekatan teori feminisme sosialis (Marxis) yang meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosial/ kelas masyarakat dimana wanita dianggap sebagai kelas masyrakat yang tertindas.

Konteks Feminis Sosialis

            Novel ini mungkin akan mengingatkan kita pada banyak sekali kisah wanita Indonesia yang menderita karena dipaksa menikah, seperti kisah Siti Nurbaya, Nyai Dasima pada masa jaman pemerintahan kolonial, dsb.
            Berikut adalah kedudukan wanita sebelum dan sesudah Islam:
  1. Wanita di mata Orang-orang Yunani
Di mata mereka wanita sangat dilecehkan dan diejek. Sampai-sampai mereka mengklaim kaum wanita sebagai najis. Wanita boleh dirampas haknya dan boleh diperjualbelikan di pasar-pasar.
  1. Wanita di mata orang-orang Rumawi
Mereka terkenal dengan semboyang “Wanita Tidak Punya Ruh”. Kaum wanita mengalami berbagai macam siksaan yang kejam.
  1. Wanita di mata orang-orang Cina
Orang-orang Cina menyamakan wanita dengan air penyakit yang membasuh kebahagiaan dan harta. Seorang berkebangsaan Cina berhak menjual istrinya sebagaimana budak perempuan.

  1. Wanita di mata orang-orang Hindu
Di dalam syariat Hindu dijelaskan: “Sesungguhnya kesabaran tertentu, angin, kematian, neraka, racun dan ular itu tidaklah lebih jahat ketimbang wanita.
  1. Wanita di mata orang-orang Yahudi
Ada sama orang Yahudi yang menganggap wanita itu derajatnya sama seperti pelayan. Jadi ayahnya berhak menjualnya dengan harga murah sekalipun.
  1. Wanita di mata orang-orang Nasrani
Mereka mengatakan: “Sesungguhnya wanita adalah sumber kejahatan, malapetaka yang disukai, sangat penting bagi keluarga dan rumah tangga, pembunuh yang dicintai, dan musibah yang dicari.
Pada tahun 586 Masehi, orang-orang Ferancis pernah menyelenggarakan sebuah konferensi untuk membahas masalah: Apakah manusia dianggap sebagi manusia atau tidak? Kalau ia punya ruh, maka apakah ruhnya itu ruh hewan atau ruh manusia, apakah ia sama dengan ruh hewan atau ruh laki-laki atau lebih rendah?
Akhirnya konferensi itu menghasilkan suatu kesimpulan, bahwa wanita adalah seorang manusia. Akan tetapi ia diciptakan untuk melayani kaum laki-laki saja.
(Haya binti Mubarok Al Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah)

Kenyataan di atas tentunya bertentangan dengan paham yang dianut oleh kaum feminis, yang jelas-jelas menuntut adanya kesetaraan gender dengan kaum laki-laki. Berdasarkan literatur tersebut, kita kaitkan teori-teori tersebut dengan kajian novel yang berjudul SOLD, Kenapa Aku Dijual?”

0 comments:

Post a Comment