Search This Blog

Thursday, 7 April 2011

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA DRAMA “OEDIPUS” KARYA ANDRE GIDE


ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
DRAMA “OEDIPUS” KARYA ANDRE GIDE
Oleh Cynthia Ratna N
 

Konteks Sosial Pengarang

Karya Gide dapat dilihat sebagai suatu penyelidikan kebebasan dan pemberdayaan dalam menghadapi kendala moral dan puritan, dan upaya terus menerus untuk mencapai kejujuran intelektual. Eksplorasi dirinya mencerminkan teks pencarian bagaimana caranya untuk dapat sepenuhnya diri sendiri, bahkan sampai memiliki sifat seksual seseorang, tanpa pada saat yang sama mengkhianati nilai-nilai seseorang.


Konteks Sosial Karya Sastra


Drama ”Oedipus” karya Andre Gide menceritakan mengenai Oedipus, yang menikahi ibunya sendiri karena ketidaktahuannya. Selain itu kedua putra Oedipus, juga ternyata menyatakan niat mereka untuk menikahi saudara perempuan mereka sendiri.  Polinices menyatakan bahwa ia ingin menikahi AntigoneTentu saja Antigone sangat menolak hal ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan dialog Antigone dan Polinices berikut ini.
(Kutipan)

Sementara, Eteocles mengatakan pada Polinices bahwa ia ingin tidur dengan Ismene. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan Eteocles dengan Polinices berikut ini.
(Kutipan)

Perkawinan sendiri menurut KBBI (2008) adalah perihal (urusan dsb) kawin; pernikahan. Kata dasar dari perkawinan, yaitu kawin sendiri berarti membentuk keluarga dng lawan jenis; bersuami atau beristri; menikah (KBBI,2008). Sementara, perkawinan sedarah atau perkawinan sekerabat, dalam KBBI (2008) berarti perkawinan yg dilakukan di antara individu yg masih ada pertalian darah.
Hubungan sedarah atau incest dapat juga diartikan sebagai hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga (kekerabatan). Hubungan seperti ini  berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang secara biologis lemah, baik fisik maupun mental, bahkan mematikan.
Incest telah terjadi zaman dahulu. Raja-raja Mesir kuno dan para keturunannya serimgkali melakukan incest untuk meningkatkan kualitas keturunannya. Selain itu motif lain melakukan incest adalah untuk mendapatkan keturunan berdarah murni dan melanggengkan kekuasaan. Hal ini sering terjadi pascainvasi Alexander the Great (Iskandar Zulkarain) ke Mesir. Contohnya adalah perkawinan Ptolemeus II dengan saudara perempuannya, Elsione. Dalam mitologi Mesir Kuno pun, Dewa Osiris pernah menikahi saudarinya sendiri yaitu Dewi Iris. Lalu dalam mitologi Yunani, terdapat kisah bahwa Dewa Zeus menikah dengan Hera, kakak kandungnya sendiri.
Dari legenda di Indonesia pun terdapat contoh-contoh hubungan tidak biasa ini. Diantaranya hubungan sedarah  antara Sangkuriang dan ibunya sendiri yaitu Dayang Sumbi dan  dalam dongeng masyarakat Sunda yaitu antara Prabu Watugunung dan ibunya yang bernama Sinta.
Lustig (Sawitri Supardi: 2005) mengemukakan faktor-faktor penyebab incest, yaitu:
1.      Keadaan terjepit, dimana anak perempuan manjadi figur perempuan utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu.
2.      Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan seksualnya.
3.       Ketidakmampuan ayah untuk mencari pasangan seksual di luar rumah karena kehutuhan untuk mempertahankan facade kestabilan sifat patriachat-nya.
4.      Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan beberapa anggota keluarga untuk lebih memilih desintegrasi struktur daripada pecah sama sekali.
5.      Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan peranan seksual sebagai istri.
6.       Pengawasan dan didikan orangtua yang kurang karena kesibukan orang bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh orangtua bisa terjadi incest.
7.      Anak remaja yang normal pada saat mereka remaja dorongan seksualnya begitu tinggi karena pengaruh tayangan yang membangkitkan naluri birahi juga ikut berperan dalam hal ini.

Semua agama di dunia melarang hubungan sedarah. Di dalam aturan agama Islam,  dikenal konsep muhrim yang mengatur hubungan sosial di antara kerabat. Terdapat 14 golongan waita yang tidak halal dinikahi yang terbagi ke dalam empat golongan sebagai berikut (Hamid, 1999: 238).

1.      Tujuh orang dari sebab nasab (keturunan)
Ibu, ibunya ibu, ibu dari bapak sampai garis keturunan ke atas dan seterusnya.
Anak, cucu, dan keturunan ke bawah dan seterusnya
Saudara wanita seibu-bapak atau seibu/sebapak saja
Saudara wanita dari bapak
Saudara wanita dari ibu
Anak wanita dari saudara lelaki, dan seterusnya
Anak wanita dari saudara perempuan, dan seterusnya
2.      Dua orang dari sebab radla’ah (susuan)
Ibu yang menyusui sekalipun bukan ibu kandung
Saudara wanita satu susuan
3.      Empat orang dari sebab mushaharah (perkawinan)
Ibu dari istri (ibu mertua)
Anak tiri, apabila ibunya sudah pernah digauli
Istri dari anak
Ibu dari bapak
4.      Satu orang dari sebab ja’ma (berkumpul)
Yaitu saudara wanita dari istri.

Hal ini dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 23, yang terjemahannya adalah sebagai berikut:
Diharamkan atas kamu (mengawini)  ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istrimu yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur demgan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa kamu mengawininya. (Dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa ayat 23)

Sementara itu, perkawinan sedarah yang terjadi pada Oedipus dengan Jokasta adalah karena ketidaktahuan Oedipus bahwa Jokasta adalah ibunya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
(Kutipan)

Sementara keinginan Eteocles dan polinices untuk menikahi Ismene dan Antigone disebabkan karena mereka masih remaja dan dorongan seksualnya begitu tinggi. Dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
(Kutipan)

0 comments:

Post a Comment