Search This Blog

Thursday, 7 April 2011

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN DONGENG “SI KANCIL” SEBAGAI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


A.      Pendahuluan
Terdapat berbagai jenis karya sastra yang hidup dan berkembang di masyarakat Indonesia baik itu jenis-jenis yang tergolong kedalam sastra lama maupun sastra modern.  Hanya saja dewasa ini perkembangan karya sastra  yang tergolong ke dalam sastra lama di masyarakat Indonesia sedikit tersendat diakibatkankan oleh berbagai faktor, salah satunya diakibatkan oleh kurangnya intensitas pengenalan karya sastra lama di lingkungan pendidikan formal. Sesungguhnya pengenalan karya sastra lama itu dapat dilakukan sejak dini yakni dimulai pada jenjang sekolah dasar. Dimana guru dapat memancing keteratarikan siswa pada karya-karya sastra lama misalnya dengan pengenalan karya sastra lama yang berbentuk dongeng yang sering mereka dengar.
Dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra lama yang paling diminati oleh siswa terutama siswa sekolah dasar karena tidak hanya dapat menghibur, dongeng juga dapat merangsang imajinasi siswa. Di Indonesia ini, terdapat berbagai macam bentuk dongeng yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat, dimana salah satu judul dongeng yang beredar luas di masyarakat dan ceritanya sering di dengar adalah dongeng mengenai “si Kancil”. Dongeng si kancil ini memiliki banyak sekali alur cerita yang berbeda-beda misalnya si Kancil dan Buaya, si kancil berlawan lari dengan siput, si kancil melawan harimau dll. Yang mana setiap cerita tersebut mengandung nilai moral yang bisa dipelajari oleh anak-anak dan sebagian besar dari mereka sangat senang apabila mendengar cerita-cerita tersebut. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menganalisis berbagai cerita mengenai “si kancil” serta implementasi cerita tersebut dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya pada tingkat sekolah dasar.
Dalam penulisan makalah ini penulis akan merumuskan masalah hanya pada masalah-masalah yang berkenaan dengan apa saja nilai hikmah yang terdapat dalam cberbagai ceita “si Kancil” dan bagaimana implemenatsi cerita “si Kancil” dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya pada tingkat sekolah dasar.
     Berdasarkan pemaparan masalah yang penulis kemukakan diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai nilai hikmah yang terdapat dalam berbagai cerita “si Kancil” serta implemenatsi cerita “si Kancil” dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya pada tingkat sekolah dasar.

B.       Pembahasan
Kesusastraan memiliki arti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sayangnya pembalajaran kesusastraan di sekolah formal seringkali tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran, bahkan saat ini pembelajaran kesusastraan lama seringkali terabaikan. Padahal kesusastraan lama merupakan kesusastraan yang memiliki nilai tinggi karn di dalamnya tercermin bagaimana pemikiran, gaya hidup serta filosofi-filosofi masyarakat pada masa lalu yang dapat dijadikan pelajaran bagi masyarakat saat ini. Bentuk dari kesusatraan lama pun bermacam-macam seperti prosa lama yang terbagi kembali kedalam dongeng, hikayat, tambo dan wira carita (cerita kepahlawanan), puisi lama yang terbagi kembali kedalam mantra, bidal, gurindam, syair, dll. Sehingga sbenarnya pendidik dapat mudah menyisipkan pengajaran kesusastraan lama kedalam kesusastraan modern dan pada hakikatnya sastra modern merupakan sebuah kesinambungan dari sastra lama.
Salah satu bentuk sastra lama yang masih banyak digemari serta hidup dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah dongeng. Dongeng yang berarti prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang ini masih mendapatkan apresiasi yang cukup tinggi oleh masyarakat terutama sekali dari kalangan anak-anak. Bahkan tidak hanya mendapat apresiasi yang cukup tinggi, dongeng juga termuat dalam kurikulum tingkat sekolah dasar mulai dari kelas satu sampai kelas empat, seperti berikut ini.
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1.      Memahami bunyi bahasa, perintah, dan  dongeng yang dilisankan

1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa 
1.2 Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana
1.3 Menyebutkan  tokoh-tokoh dalam cerita

Kelas I, Semester  2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Berbicara
6.      Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan gambar, percakapan sederhana, dan dongeng 


6.1 Menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri  sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti
6.2 Melakukan percakapan  sederhana dengan menggunakan kalimat dan kosakata yang sudah dikuasai
6.3 Menyampaikan rasa suka atau tidak suka  tentang suatu hal atau kegiatan dengan alasan sederhana
6.4 Memerankan  tokoh  dongeng atau cerita rakyat  yang disukai dengan ekspresi yang sesuai

 Berdasarkan dua buah contoh kurikulum diatas kita dapat mengetahui baha sebuah dongeng dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran menyimak dan berbicara, sebenarnya tidak hanya dalam kedua keerampilan tersebut dongeng juga dapat digunakan dalam pembelajaran membaca. Sebenarnya dongeng dapat dibedakan menjadi berbagai bentuk seperti di bawah ini.
·         Fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral).
·         Farabel, yaitu dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
·         Legenda, yaitu dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
·         Mithe, yiatu dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
·         Sage, yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman "was gesagt wird" yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang biasanya optimis)
Terdapat satu bentuk yang paling digemari oleh anak-anak sampai saat ini yakni dongeng yang berbentuk fable, dimana salah satu judul fabel yang paling digemari oleh anak-anak adalah cerita fabel “si Kancil”.  Si Kancil digambarkan sebagai sosok binatang yang selalu cerdik dalam setiap ceritanya, sehingga oleh sebab kecerdikannya itu “si kancil” dapat membodohi dan bahkan menewaskan binatang-binatang besar seperti harimau gajah dan buaya. Berdasarkan hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa pengarang ingin menyampaikan pada setiap orang agar menggunaan pikirannya sehingga ia dapat menyelesaikannya masalahnya tersebut dengan baik dan cerdik, sehingga sebesar apapun masalah yang dihadapi ia dapat menghadapinya dengan baik menggunakan pikirannya secara cerdik.
            Akan tetapi dalam beberapa cerita lainnya kecerdikan kancil tersebut dapat dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Pada kasus ini pengarang ingin memberikan pelajaran pada masyarakat bahwa ia tidak boleh tinggi hati atau sombong kepada orang lain, karena secerdik-cerdiknya seseorang iapasti akan mengalami satu fase dimana ia akan mengalami kegagalan. Dalam hal ini pengrang ingin menunjukkan pada masyarakat bahwa dunia ini selalu berbutar Nilai hikmah tersebut dapat kita ketahui pada cerita   Sang Kancil berlawan lumba lari dengan siput, Sang Kancil dikalahkan oleh agas dan Sang Kancil dengan bangau. 
Selain memiliki nilai moral yang dapat diambil, dongeng ini juga memiliki kelebihan-kelebihan lainnya seperti dibawah ini.
1.      Menghibur
Dongeng si kancil ini dapat menghibur anak-anak yang mendengarnya, karena di dalam ceritanya terdapat unsur-unsur lucu yang dapat mengundang tawa. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita “Si Kancil dan Buaya” berikut ini.
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, "Hai buaya bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?" "Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian," kata Kancil.
2.      Mendidik
Dalam setiap cerita si Kancil ini pengarang mencoba untuk mendidik anak-anak agar mereka menggunakan pikiran dan kecerdikannya dalam menyelesaikan masalah serta tidak perlu takut menghadapi masalah sebesar apapun. Selain itu pengarang juga ingin menyadarkan masyarakat agar jangan pernah bersifat tinggi hati atau sombong karena tak selamanya apa yang diinginkanatau dipikirkan dapat tercapai sepenuhnya.
3.      Merangsang Imajinasi
Dongeng si kancil ini dapat merangsang imajinasi anak-anak untuk membayangkan bagaimana visualisasi cerita tersebut, sehingga anak tersebut dapat melatih daya imajinasinya dan menjadi lebih kreatif.


4.      Alat Komunikasi
Dongeng dapat pula berfungsi sebagai alat komunikasi antara orang tua dengan anaknya. Dimana orang tua dapat mengetahu sejauh mana pengetahuan dan tingkat kekritisan anaknya tersebut. selain itu dengan membacakan dongeng, hubungan antara orang tua dengan anak akan terjalin lebih akrab.
Berdasarkan keempat kelebihan diatas, anak-anak akan merasa tertarik untuk mempelajari dan mencari lebih jauh dongeng-dongeng lainnya dan berangkat dari hal tersebut alangkah lebih baiknya apabila guru mengarahkan murid-muridnya tersebut untuk mempelajari bentuk lain dari sastra lama seperti legenda, pantun dll.
Adapun implementasi penggunaan dongeng si Kancil sebagai media dalam pembelajaran dapat dikembangkan kedalam tiga bentuk keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara da membaca. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dongeng dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas satu tingkat sekolah dasar.
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan
2.      Memahami bunyi bahasa, perintah, dan  dongeng yang dilisankan

1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa 
1.2 Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana
1.3 Menyebutkan  tokoh-tokoh dalam cerita

Dalam hal ini guru membacakan salah satu dongeng “si Kancil” misalnya “Si Kancil dan Buaya” dengan ekspresif, kemudian siswa diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.
Adapun dalam bidang keterampilan berbicara guru dapat menggunakan salah satu cerita “Si Kancil” yang kemudian di transmformasikan ke dalam bentuk drama. Kemudian siswa diminta untuk memerankan tokoh yang terdapat dalam dongeng tersebut.
Pada bidang keterampilan membaca, guru dapat memberikan dongeng “Si Kancil” untuk dibaca secara cepat oleh siswa. Kemudian guru memberikan beberapa soal yang dapat mengukur peahen siswa terhadap dongeng si kancil tersebut.
C.      Penutup
Dongeng merupakan salah satu karya sastra lama yang masih sangat digemari sampai saat ini, bahkan tidak hanya digemari dongeng juga tersurat dalam kurikulum tingkat sekolah dasar pada jenjang kelas satu sampai kelas empat.
Bentuk-bentuk dongeng pun bermacam-macam yakni dapat berbentuk Fabel farabel, Legenda, Mite, dan Sage. Setiap bentuk dongeng tersebut memiliki cirri khasnya masing-masing. Salah satu dongeng yang terkenal di Indonesia dan masih hidup dan berkembang di masyarakat saat ini ialah dongeng yang mengenai “si kancil.”
Si Kancil digambarkan sebagai sosok binatang yang selalu cerdik dalam setiap ceritanya, sehingga oleh sebab kecerdikannya itu “si kancil” dapat membodohi dan bahkan menewaskan binatang-binatang besar seperti harimau gajah dan buaya. Berdasarkan hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa pengarang ingin menyampaikan pada setiap orang agar menggunaan pikirannya sehingga ia dapat menyelesaikannya masalahnya tersebut dengan baik dan cerdik, sehingga sebesar apapun masalah yang dihadapi ia dapat menghadapinya dengan baik menggunakan pikirannya secara cerdik.
            Akan tetapi dalam beberapa cerita lainnya kecerdikan kancil tersebut dapat dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Pada kasus ini pengarang ingin memberikan pelajaran pada masyarakat bahwa ia tidak boleh tinggi hati atau sombong kepada orang lain, karena secerdik-cerdiknya seseorang iapasti akan mengalami satu fase dimana ia akan mengalami kegagalan. Dalam hal ini pengrang ingin menunjukkan pada masyarakat bahwa dunia ini selalu berbutar Nilai hikmah tersebut dapat kita ketahui pada cerita   Sang Kancil berlawan lumba lari dengan siput, Sang Kancil dikalahkan oleh agas dan Sang Kancil dengan bangau. 
Selain memiliki nilai moral yang dapat diambil, dongeng ini juga memiliki kelebihan-kelebihan lainnya seperti dibawah ini.
1.      Menghibur
2.      Mendidik
3.      Merangsang Imajinasi
4.      Alat Komunikasi

Adapun implementasi penggunaan dongeng si Kancil sebagai media dalam pembelajaran dapat dikembangkan kedalam tiga bentuk keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara da membaca.
Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat beberapa hal yang kiranya dapat menjadi renungan untuk kita semua.pertama, alangkah lebih baiknya apabila pendidik tidak hanya mengambil satu contoh cerita dalam pembelajaran. Alangkah lebih baiknya apabila dalam satu pembahasan yang bertemakan dongeng pendidik member beberapa jenis dan judul dongeng sebagai bahan referensi siswa guna menarik ketertarikan siswa untuk mempelajari bentuk-bentuk sastra lama lainnya. Kedua, apabila kesulitan dalam pembelajaran sastra lama adalah bersumber dari kurangnya buku yang tersedia, maka alangkah lebih baiknya apabila guru mencari bahan referensi dongeng-dongeng tersebut dari media massa (Koran/majalah/tabloid anak-anak), intenet atau merekapitulasi dongeng-dongeng yang hidup di daerah sekitar tempat tinggal.

D.      Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar
Yusuf, Adizjayaton. 2009. Si Kancil dan Buaya. [Online]. Tersedia: http://bukucatatan-part1.blogspot.com/2009/04/si-kancil-dan-buaya.html (4 November 2010)
Suyoto, Agustinus. 2007. Sastra melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). [Online]. Tersedia: http://smsotutong.tripod.com/sastera_melayu/id3.html (4 November 2010)
Rachma. 2009. Kumpulan Dongeng. [Online]. Tersedia: www.dongengperi.co.nr
(4 November 2010)
Sumiyadi. (2008). Sastra Pendidikan dan Pendidikan Sastra. [Online]. Tersedia: http://xpresisastra.blogspot.com/2008/06/sastra-pendidikan-dan-pendidikan-sastra.html [4 November 2010]

0 comments:

Post a Comment