Perbudakan
Kisah perbudakan wanita yang terjadi di jaman modern, seperti yang tertera pada bagian depan cover novel, selain itu, hal tersebut dapat terlihat pula dari barang-barang bertekhnologi modern yang digunakan dari deskrifsi novel tersebut, seperti televisi, mobil (taxi) yang digunakan oleh Mum, Telepon di rumah Abdul Wali, dsb. Namun dalam kehidupan sosial tetap saja wanita dijadikan objek yang tertindas, mereka harus mengangkut air dengan bejana di kepala yang bermil-mil jaraknya, bercocok tanam di tanah yang gersang dengan hanya menggunakan sebuah sendok semen dan belati, menggiling jagung secara manual padahal telah ada penggilingan jagung tenaga mesin, bahkan sampai melahirkan di lantai tanah pun mereka alami. Wanita tidak punya pilihan mereka terkungkung dibalik kerudung mereka, bekerja mengurus keluarga, bekerja membanting tulang dan tak kenal istirahat.
Kedudukan Tokoh Wanita dalam Lingkungan Masyarakat
Ø Zana Muhsen
Zana adalah seorang gadis berkebangsaan ganda, karena orang tuanya yang berbeda negara. Selama 8 tahun ia mengalami perbudakan dan penyiksaan di negara tempat ayahnya berasal, akibat di jual oleh ayah kandungnya sendiri. Ia terperangkap di sebuah negara termiskin di dunia yang rakyatnya hidup dalam kondisi yang sama selama ribuan tahun. Kebanyakan laki-laki yang fisiknya kuat, bekerja di luar negeri agar dapat mengirim uang ke rumah untuk membeli makanan, sementara para wanitanya tinggal di desa bekerja membanting tulang dan mengurus keluarga.
Berasal dari kehiupan modern di Inggris dan secara drastis Zana dalam usia belia ia harus hidup sebagai seorang istri di suatu dunia yang kejam dan primitif. Di dunia abad pertengahan ini wanita tak punya hak dan kendali atas hidup mereka. Mereka benar-benar di bawah kekuasaan para lelaki di dalam keluarga mereka. Laki-laki adalah hukum bagi mereka. Dan siapa saja yang berani mengajukan bermacam-macam pertanyaan atau menentang adat perbudakan dan kawin paksa tersebut mereka akan menghilang begitu saja. Begitu pula dengan adiknya, Nadia juga mengalami nasib yang sama dengan Zana. Perhatikan kutipan berikut yang menunjukan kedudukan wanita dalam kehidupan masyarakat Yaman.
“ Dunia itu adalah dunia yang kejam, berbahaya dan primitif. Laki-laki berkuasa sepenuhnya dan wanita harus menerima nasib mereka walaupun harus menikah saaat umur sembilan tahun dengan seorang lelaki yang tidak mereka kenal, berjalan sejauh satu mil ke sebuahsumur setiap hari seumur hidup mereka untuk membawa air ke rumah, atau bercocok tanam di tanah yang tandus dengan menggunakan sebuh sendok semen atau belati, tahun demi tahun.”
“ Jika seorang gadis menikah di sebuah keluarga Yaman, gadis itu diharapkan akan berbagi beban pekerjaan dengan semu wanita yang ada di keluarga itu, membebaskan wanita-wanitayang sudah tua dari tugas-tugas yang paling berat . Ini adalah salah satu alas an kenapa para pria sangat ingin membeli gadis yang kuat dan sehat untuk dinikahkan dengan anak-anak mereka. Gadis-gadis setempat diajari bekerja sejak mereka bisa berjalan. Mereka diajari cara memanggul air di atas kepala, cara memasak, membersihkan rumah, mengurus ladang dan hewan peliharaan. Selain diajarkan untuk hormat atau paling tidak takut, pada para pria, mereka tidak diajarkan jalan hidup yang lain.”(Zana Muhsen & Andrew Croft, 2008: 118).
“Saat sudah lebih bisa bekrkomunikasi dengan para wanita di sana, aku mengetahui betapa tidak sukanya mereka akan kehidupan mereka dan kenyataan bahwa mereka sering ditinggal untuk waktu lama sementara para suami bekerja keliling dunia” (Zana Muhsen & Andrew Croft, 2008: 126).
Kedudukan Tokoh Pria dalam Masyarakat
Ø Abdul Khada
Abdul Khada adalah seorang pria Yaman teman dari Dad (ayah Zana). Dia membeli Zana dari Dad seharga 1300 poundsterling untuk dinikahkan dengan putra bungsunya yang sakit-sakitan, bernama Abdullah dan baru berusia 13 tahun. Dari hal ini saja tentu kita sudah mendapatkan gambaran bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi dari pada kaum wanita, dimana wanita dapat diperjualbelikan dengan uang, wanita dianggap sebagai barang yang dapat diukur dengan materi.
Abdul Khada bersikap bak penguasa, tidak hanya pada keluarganya tetapi juga pada masyarakat Hockail, Desa Mokbana. Abdul Khada dan Ward istrinya terkenal sebagai pasangan yang kejam, meskipun tetap dalam kedudukan Ward adalah istri yang diperbudak oleh Abdul Khada. Wanita Yaman dapat makan enak hanya ketika ada suaminya di rumah. Jka mereka telah kembali keluar negeri untuk bekerja, para wanita kembali memakan Chapatis makanan khas daerah tersebut. Berikut kutipan novel yang dapat menggambarkan kedudukan laki-laki di masyarakat Yaman.
“Aku juga senang karena Abdul Khada tidak akan mempermainkanku lagi sepanjang waktu meski dia masih bisa mengontrol hidup kami walau sudah berada di Arab Saudi. Pengaruhnya atas Ward, Mohammed dan pria lain di desa, berarti dia selalu bisa memaksa kami melakukan apapun yang diinginkannya dengan ancaman akan melakukan sesuatu saat pulang nanti. Berangsur-angsur aku pun menjadi takut padanya seperti yang lain, karena aku tahu dia akan memukuliku tanpa belas kasihan kalau aku membuatnya tidak senang, tetapi aku bertekad untuk melawannya. Kami harus menang melawannya . Kami harus kabur.”( Zana Muhsen & Andrew Croft, 2008: 154-156).
Ø Gowad
Gowad pun adalah seorang pria Yaman teman Dad, yang membeli Nadia adik Zana seharga 1300 poundsterling untuk dinikahkan dengan Mohemmed putranya. Sikapnya tak jauh beda dengan Abdul Khada karena memang sudah lumrah wanita terpuruk dalam kekuasaan laki-laki begitupun dengan cara ia memperlakukan Nadia agar mau menuruti semua perintahnya. Berikut kutipan novel yang dapat menggambarkan perilaku dan kedudukan laki-laki dalam masyarakat Yaman.
“Gowad menyeretku ke kamar, dan menguci pintu. Aku dudk dan menunggu apa yang akan terjadi. Lalu aku mendengarnya di luar kamar, berteriak-teriak pada Mohammed. Sepertinya Mohammed menolak untuk tidur bersamaku. Aku bisa mendengar Gowad memukulinya keras-keras, Mohammed terus-menerus menjerit. Hal itu sangat mengerikan,” kata Nadia. .”( Zana Muhsen & Andrew Croft, 2008).
Jadi dari kedua contoh kedudukan laki-laki di masyarakat Yaman itu kita dapat menyimpulkan bahwa laki-laki memegang kekuasaan tertinggi atas istri dan anak-anaknya. Bahkan wanita pun dapat diperjualbelikan.
Pandangan Masyarakat tentang Kasus Perbudakan
Setelah kisah perbudakan itu terpublikasi melalui berbagai media di Inggris, sebagian besar warga dunia memberikan simipati dan empatinya kepada Zana dan Nadia. Bahkan kisah perbudakan yang semula ditutup-tutupi oleh pemerintah Yaman sendiri, kini mereka merasa dipusingkan oleh pers dalam dan luar negeri yang mendesak agar mereka mau membantu membebaskan Zana dan Nadia sehingga keduanya bisa kembali ke Inggris. Bahkan masalah ini menjadi masalah internasional yang melibatkan pejabat-pejabat kementrian Yaman maupun pejabat kementrian Inggris, juga lembaga-lembaga tinggi internasional, seperti Departemen Luar Negeri dan Departemen Dalam Negeri Inggris, Badan amal bernama Perlindungan Anak Internasional (Defence of Children International) yang bermarkas di Jenewa, koran Observer, serta beberapa media informasi dan staiun televisi bahkan Mum sampai menulis surat ke Kerajaan Inggris untuk meminta bantuan.
“Namun, para penonton melihat penderitaan di mata Nadia saat dia berbicara dan mereka mulai memaki Mr. Shoki lagi. Pers tidak bisa ditipu.”( Zana Muhsen & Andrew Croft, 2008: 399).
“................setiap hari surat datang ke Birmingham dari negara-negara yang menerbitkan buku itu. Para pembaca menyampaikan simpati dan dukungan tapi tak ada yang berubah.”
Pandangan Agama tentang Kasus Perbudakan
Dari segi agama jelas-jelas melarang adanya perbudakan terhadap wanita dan anak-anak, bahkan dalam novel itu sendiri disebutkan sebagai berikut:
“Tak satu pun wanita di desa itu, kecuali aku dan Nadia, yang benar-benar dipaksa menikah. Jika mereka tidak ingin menikah mereka berhak menolak. Itulah sebabnya kenapa saat aku Nadia dipaksa menikah hal itu dianggap salah. Sebab pernikahan itu tidak kami inginkan dan bertentangan dengan agama yang mereka pahami.”( Zana Muhsen & Andrew Croft, 2008: 128).
Selain itu dalam sebuah hadist tentang wanita dikatakan bahwa:
“Wanita adalah belahan separo (yang sama) dengan pria.” (HR Abu Dawud dan Ahmad). (1100 Hadist Terpilih)
Hadist di atas secara jelas menyatakan bahwa adanya tidak ada wanita yang derajatnya lebih rendah dari laki-laki. Islam memandang keduanya sama-sama dalam artian keduanya manusia ciptaan Allah. Islam sama sekali tidak menganggap wanita sebagai suatu bakteri yang mengandung penyakit sebagaimana persepsi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Islam datang untuk datang untuk melepaskan wanita dari belenggu-belenggu kenistaan dan dan perbudakan terhadap sesama manusia. Islam memandang wanita sebagai makhluk yang mulia dan terhormat, makhluk yang memiliki beberpa hak yang telah disyariatkan oleh Allah. Di dalam Islam haram hukumnya berbuat aniaya dan memperbudak wanita. Dan Allah akan mengancam orang yang berani melakukan perbuatan itu dengan ancaman siksa yang amat pedih. (Ensiklopedi wanita Muslimah)
Beberapa ayat Al-Quran yang memandang kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam beberapa hal, sebagai berikut:
Ø Islam menganggap mereka sama dalam memikul sebagian beban-beban keimanan.
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemidian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.”(QS. Al-Buruj: 10)
Ø Islam menganggap mereka sama dalam hal saling tolong menolong.
“ Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang Ma’ruf, mencegah dar yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakatdan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah 71)
Ø Firman Allah yang menerangkan kedudukan wanita dalam Islam dimana kehormatan dan kemuliaannya dijaga demikian ketat. (Qs. Annur: 4)
Ayat-ayat di atas menjadi bukti besar sungguh wanita itu sangat tinggi kedudukannya, adalah wasiat Nabi Saw pada pertemuan Islam paling agung, yaitu dalam peristiwa Haji Wada, beliau bersabda:
“Baik-baiklah dalam memberikan wasiat kepada wanita”.
‘Wanita diciptakan dari tulang rusuk yang terletak di dalam rongga dada dekat ulu hati, karena wanita hidup untuk dilindungi dan dicintai”
“Tulung rusuk memang bengkok, maka itu jangan sesekali kaum laki-laki berusaha untuk meluruskannya karena tulang rusuk itu akan patah. Namun jika tidak luruskan tulang rusuk akan tetap bengkok, sehingga kaum laki-laki berkewajiban untuk memeliharanya agar dapat menjaga dan menstabilkannya”(Kartini:2007)
Ungkapan di atas terbukti dengan sikap Zana yang kasar dan sarkastis setelah tahu ada perlakuan yang tidak adil kepadanya. Ia selalu melakukan perlawanan terhadap kekerasan yang ia terima dari Abdul Khada, meskipun akhirnya ia harus menyerah juga. Perhatikan kutipan berikut!
“Dia pun takut menghadapi ayahnya, meskipun dia adalah lelaki dewasa yang telah berkeluarga. Aku akhirnya mengetahui bahw apria Arab selalu patuh terhadap ayahnya meskipun ketika mereka berselisih paham. Salah satu yang terpikir olehku adalah terus-menerus menolak mematuhi mereka sehingga suatu saat mereka akan bosan dan mengirimku kembali ke rumah. Malam itu Abdul Khada mendatangiku dan menyuruhku untuk tidur bersama Abdullah.”
“Aku tidak mau,“ Protesku.
“Kau harus mau atau kami akan memaksamu. Kami akan mengikatmu di atas ranjang,” Tegasnya. .”(Zana Muhsen & Andrew Croft, 2008: 72-73)
Konteks Feminis Sosialis pengarang
Perasaan dan kehidupan pengarang yang berperan sebagai tokoh “aku” dalam novel ini benar-benar terasa, dimana pengarang meluapkan seluruh emosinya dalam karya sastra yang ia tulis. Semua genre sastra dalam karya sastra yang mereupakan curahan pengalaman, kehidupan, budaya dan tradisi dalam kehidupan masyarakat Yaman dideskripsikan secara mendetail.
Melalui novel ini, Zana Muhsen mempublikasikan kisah perbudakan yang ia alami dan membuka tabir rahasia perbudakan di salah satu daerah ni negara Yaman, yang belum pernah terungkap. Selain itu melalui novel ini Zana Muhsen ingin mencari bantuan dan simpati dari warga masyarakat dunia agar mau membantunya membebaskan Nadia yang masih terperangkap di Mokbana, Yaman. Bahkan novel ini di dedikasikan sebagai janji untuk Nadia.
Sikap Zana Muhsen yang merupakan penulis sekaligus tokoh “aku” dalam novel ini menggambarkan pribadinya yang kuat dan mandiri serta tidak mudah berputuus asa untuk menanti datangnya secercah harapan yang tak pasti. Meskipun akhirny ia dapat terbebas dari belenggu penderitaan dan perbudakan. Dalam karya sastranya ini jelas-jelas Zana Muhsen sebagai tokoh feminis yang mendukung paham feministik.
Karena Zana Muhsen merupakan tokoh feminis yang benar-benar merasakan penindasan, tekanan mental, bekerja tanpa henti, siksaan dan pemerkosaan,dll. Selama 8 tahun hidup sebagai wanita petani Arab, Zana memiliki pengetahuan yang kedalamannya tak tertandingi tentang kehidupan wanita di sana dan bagaimana kehidupan yang telah dijalani wanita-wanita di negara lain di masa yang belum lama berlalu. Masa ketika segala macam seperti listrik ledeng, kontasepsi, perawatan medis dan yang lainnya belum ada.
Mungkin ini hanya sebagian dari kisah perbudakan wanita yang baru terungkap, entah masih banyak kisah perbudakan wanita lainnya, di tempat yang berbeda yang belum terpublisitas.
Nilai Sosial
Nilai Material
Wanita diperjual belikan seperti halnya barabg-barang di pasar yang tak ada harganya. Dalam novel ini Zana dan Nadia dijual oleh ayahnya seharga masing-masing 1300 poundsterling kepada Abdul Khada dan Gowad. Sehingga mereka menjadi korban penindasan dan perbudakan di Yaman.
Nilai Agama
Wanita-wanita Yaman yang hampir seluruhnya menutupi auratnya dengan kerudung dan cadar, bahkan mereka dilarang untuk menempakan wajahnya ketika ada tamu laki-laki yang bukan mahramnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. I. Dewa Putu Wijana, S. U., M. A, Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andy Yogyakarta.
Materi kelas (Djayanegara, Feminisme)
Haya binti Mubarok Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah. Jakarta: Darul Falah.
Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih. 1991. Jakarta: Gema Insani.
0 comments:
Post a Comment